SAUH BAGI JIWA
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:38)
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:38)
Memikul salib merupakan syarat mutlak bagi setiap orang yang benar-benar mau menjadi murid Yesus. Salib adalah beban, kesusahan atau penderitaan yang harus ditanggung seseorang karena Kristus. Inilah yang dialami oleh para murid setelah kematian Yesus. Pada waktu itu, Saulus berusaha membinasakan para jemaat. Dia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. Penganiayaan hebat terjadi atas jemaat di Yerusalem sehingga orang-orang percaya tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria (Kis 8:1b-3).
Saat ini, mungkin kita belum mengalami penganiayaan seperti yang dialami para murid di zaman para rasul. Namun, banyak di antara kita yang mengalami kesusahan atau penderitaan karena keputusan kita untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Karena mempertahankan kebenaran, kita dicemooh, dibenci, bahkan dikucilkan dari lingkungan di sekitar kita.
Kita telah mendengar banyak kesaksian dari saudara seiman yang ditolak oleh orangtua atau anggota keluarganya sendiri karena memutuskan untuk percaya kepada Yesus. Ada jemaat yang terpaksa harus merelakan pekerjaan yang sesungguhnya sangat dibutuhkannya karena ingin menguduskan hari Sabat. Para pengerja gereja rela mengorbankan pikiran, tenaga dan waktu mereka demi pekerjaan pelayanan di rumah Tuhan. Waktu yang seharusnya dapat mereka gunakan untuk beristirahat atau bersantai bersama keluarga dikorbankan demi pekerjaan Tuhan. Semua ini merupakan salib yang harus mereka pikul sebagai orang Kristen. Mereka rela berkorban dan menderita demi mempertahankan iman dan pelayanan kepada Tuhan. Filipi 1:29 berkata, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”
Selain memikul salib, Yesus menghendaki kita untuk mengikuti teladan-Nya. “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13:15) Selama kehidupan-Nya di dunia, Yesus dengan sepenuh hati melakukan tugas pelayanan-Nya. Ia memberikan dorongan kepada kita, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.” (Yoh 9:4)
Yesus lemah lembut, rendah hati, suka mengampuni dan menolong orang lain. Ia lebih suka pergi ke rumah ibadat daripada menikmati kesenangan dunia. Inilah cara hidup Yesus yang harus kita teladani. Rasul Paulus menasihati kita, “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.” (Ef 4:2) “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!” (1Kor 15:58)
Menjadi murid Yesus bukan perkara mudah. Agar dapat menjadi pengikut yang layak bagi-Nya, kita harus rela hidup menderita dan mau menjalani hidup seperti Tuhan Yesus. Kehidupan demikian tidak mudah karena kita harus menghadapi banyak kesusahan dan jauh dari kenikmatan dunia. Namun, itulah kehidupan yang dikenan Allah. Oleh karena itu, Yesus menyuruh kita untuk menghitung dulu “anggarannya” (Luk 14:28). Apakah kita memiliki komitmen dan memenuhi syarat sebagai pengikut Kristus yang layak bagi-Nya?