SAUH BAGI JIWA
“Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.” (Amsal 15:22)
Bacaan: Kejadian 31:1-21
“Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.” (Amsal 15:22)
Bacaan: Kejadian 31:1-21
Yakub telah tinggal bersama Laban selama dua puluh tahun. Meskipun kerja keras Yakub membuat Laban bertambah kaya, Laban dan anak-anaknya tidak mengingat kebaikan Yakub. Mereka malah cemburu ketika melihat kekayaan Yakub bertambah (Kej 31:1-2). Orang yang serakah tidak akan pernah puas dengan kebaikan orang lain.
Dari keinginan Yakub untuk kembali ke rumahnya, kita dapat memetik beberapa pelajaran. Pertama, orang yang tamak selamanya tidak akan mendapatkan keuntungan. Dunia zaman sekarang penuh dengan manusia yang serakah. Jika orang terus-menerus hanya ingin memuaskan keinginannya sendiri, pada akhirnya mereka akan kecewa dan binasa. Hanya dengan berfokus kepada Tuhan mereka baru benar-benar dapat menikmati kasih-Nya.
Kedua, Yakub mendengar perkataan anak-anak Laban yang menyakitkan sehingga membuatnya ingin pulang. Melalui kejadian tersebut, sesungguhnya Tuhan memberinya tanda sehingga Yakub lebih yakin dengan keputusannya itu. Ketika kita mengetahui perintah Tuhan dengan jelas, kita akan lebih percaya diri dan sabar menanggung segala sesuatu. Oleh karena itu, kita harus selalu berdoa dengan rendah hati memohon pimpinan Tuhan.
Ketiga, setelah Yakub mengambil keputusan, ia membahas perkara itu dengan para istrinya. Yakub berharap setiap anggota keluarganya memiliki pandangan yang sama. Ia menceritakan kepada istri-istrinya tentang kerja keras dan perlakuan yang diterimanya dari Laban. Ia juga menyaksikan berkat, pimpinan dan janji Tuhan dalam pekerjaannya. Yakub menyampaikan bahwa Tuhan menyuruhnya untuk memenuhi sumpah yang telah ia buat sebelumnya di padang gurun. Keputusan Yakub ini didukung oleh istri-istrinya. Sikap Yakub yang mau berunding dengan anggota keluarganya ini patut kita teladani. Rasul Petrus mengajar kita: “[T]etapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” (1Ptr 3:15). Jika ingin merasakan keharmonisan di dalam keluarga dan saling mengerti satu sama lain, kita harus sehati sepikir. Kita pun harus memohon agar Tuhan menyertai kita dengan rahmat-Nya sehingga tindakan kita sejalan dengan kehendak Tuhan.
Keempat, setelah memperoleh tanda dari Tuhan dan dukungan dari anggota keluarganya, Yakub secara diam-diam berangkat ke Kanaan bersama keluarganya dan membawa seluruh harta bendanya saat Laban sedang keluar menggunting bulu domba-domba. Rahel juga mengambil kesempatan untuk mencuri terafim ayahnya. Pada saat itu, kebanyakan orang percaya bahwa siapa yang memiliki terafim berhak untuk menerima warisan. Sesungguhnya, kedua tindakan ini tidak baik. Yakub masih takut kepada Laban meskipun mengetahui bahwa Allah mendukung rencananya. Rahel juga melakukan kesalahan karena percaya kepada terafim demi memperoleh warisan. Kita harus belajar lebih berani bersikap sesuai dengan kebenaran dan menjadi manusia yang bersikap jujur.