SAUH BAGI JIWA
“Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” (Ibrani 12:16-17)
Bacaan: Kejadian 27:30-46
“Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” (Ibrani 12:16-17)
Bacaan: Kejadian 27:30-46
Sesuai dengan perintah ayahnya, Esau pergi ke padang untuk berburu. Di hatinya Esau berpikir, pastilah ia yang akan mendapatkan berkat dari sang ayah. Setelah pulang berburu, ia bergegas membuat makanan kesukaan ayahnya. Tetapi, saat ia membawanya kepada Ishak, ternyata semuanya sudah terlambat. Bagian berkat itu telah diambil oleh Yakub.
Ishak mau memberkati anak sulungnya, Esau. Namun, ia telah dibohongi oleh anak bungsunya sendiri. Setelah dibohongi, Ishak tidak mengutuki Yakub. Ishak hanya berkata bahwa ia telah memakan semuanya sebelum Esau datang dan telah memberkati Yakub sehingga ia akan tetap menjadi orang yang diberkati. Perkataan Ishak menunjukkan bahwa ia memberkati karena ia beriman kepada Tuhan (Ibr 11:20). Hal ini juga menyatakan ketaatan Ishak kepada Tuhan. Sejak awal, Tuhan telah menunjukkan kehendak-Nya. Karena itu, tidak ada lagi yang bisa ia katakan. Meskipun Esau menangis dengan pedih di hadapannya, Ishak tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Setelah Esau mengetahui bahwa bagian berkatnya telah diambil oleh Yakub, ia pun mengutuki Yakub. Esau tidak memeriksa diri bahwa sesungguhnya kesalahan terletak pada dirinya sendiri. Sebaliknya, ia menyalahkan orang lain.
Apakah kita juga pernah melakukan kesalahan yang sama? Kebencian Esau terus bertambah. Bahkan, ia berencana membunuh sang adik. Esau sedikit pun tidak memiliki kasih persaudaraan dan terus memendam amarah itu. Dosa Esau ini kelak berujung pada perpecahan. Semua bangsa akan bangkit memerangi Edom sehingga orang Edom akan dimusnahkan (Obaja 1). Jika kita tidak bisa mengampuni orang lain, kitalah sesungguhnya yang akan paling menderita. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa jikalau kita mengampuni kesalahan orang, Bapa kita yang di sorga juga akan mengampuni kita; jikalau kita tidak mengampuni orang lain, Bapa kita juga tidak akan mengampuni kesalahan kita (Mrk 11:25-26). Bisa mengampuni kesalahan orang lain sesungguhnya adalah kemuliaan bagi diri kita sendiri.
Ada peran Ribka atas kejadian tragedi itu dan upaya untuk menghindari rencana jahat Esau. Setelah Ribka mengetahui rencana Esau, ia segera bertindak. Ribka membujuk suaminya agar mengizinkan Yakub pergi kepada Laban untuk mengambil seorang istri. Namun, karena hal ini, Ribka tidak dapat bertemu lagi dengan anak kesayangannya untuk selamanya.
Kebohongan dapat mengakibatkan kebencian. Dari peristiwa ini kita bisa belajar bahwa manusia harus menggunakan kemampuan dan bakatnya dengan tetap taat pada pimpinan Tuhan agar usaha itu membuahkan hasil yang indah.