SAUH BAGI JIWA
“Dan Abraham menamai tempat itu: “Tuhan menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung Tuhan, akan disediakan.”” (Kejadian 22:14)
Bacaan: Kejadian 22:1-24
“Dan Abraham menamai tempat itu: “Tuhan menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung Tuhan, akan disediakan.”” (Kejadian 22:14)
Bacaan: Kejadian 22:1-24
Tuhan seringkali menguji manusia dengan tujuan agar rohaninya bertumbuh. Ini berbeda dengan pencobaan. Seringkali manusia dicobai oleh keinginannya sendiri dan memberi celah bagi Iblis. Pencobaan demikian bisa menghancurkan iman kita.
Kita harus mengerti bahwa ujian iman itu penting. Jika kita bisa bertahan ketika menjalani ujian itu, Tuhan akan memberkati kita. Ketaatan Abraham dalam menjalani ujian dari Allah bisa menjadi teladan bagi kita.
Suatu kali, Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak, anak tunggal kesayangannya, sebagai korban bakaran. Ini adalah ujian terbesar bagi iman Abraham. Sebagai manusia, Abraham bisa saja bertanya di dalam hatinya: Mengapa Tuhan menghendaki manusia sebagai korban? Apakah itu sesuai dengan sifat Allah? Tuhan telah mengaruniakan seorang anak laki-laki dan berjanji bahwa keturunanku akan menjadi umat pilihan. Bagaimana janji Tuhan bisa digenapi jika aku mempersembahkannya?
Orang lain mungkin mempertimbangkan banyak hal sehingga menunda untuk melaksanakan perintah itu dengan berbagai alasan. Namun, Abraham tetap taat pada perintah Tuhan. Keesokan hari pagi-pagi sekali, ia pergi ke puncak gunung dan bersiap untuk mempersembahkan anaknya.
Abraham taat. Tindakan ini menunjukkan puncak tertinggi dari imannya. Dia percaya bahwa Allah sanggup membangkitkan orang dari kematian (Ibr 11:19). Dari tindakannya, kita mengetahui bahwa Abraham mencintai Tuhan lebih daripada apa pun yang dimilikinya. Saat ia akan mengorbankan anaknya, Tuhan berseru dari surga dan mencegahnya untuk menyakiti Ishak. Tuhan memuji kesalehannya dan menggantikan Ishak dengan seekor domba untuk dikorbankan. Karena imannya, Abraham menerima anugerah Tuhan. Tuhan sekali lagi meneguhkan janji-Nya dan memberkatinya dan bahkan keturunannya. Kita harus belajar taat dan memiliki iman seperti Abraham.
Tindakan Ishak juga patut diteladani. Ia sendiri yang membawa kayu bakar untuk korban bakaran dan berjalan mendaki gunung bersama ayahnya. Dalam perjalanan, ia bertanya kepada ayahnya: “Ada api dan kayu, tetapi di manakah domba untuk persembahan bakaran?” Dari pertanyaan ini, kita bisa mengetahui bahwa Ishak mengetahui tentang persembahan. Kemudian, kita juga melihat bahwa Ishak sudah cukup besar dan kuat karena ia bisa memikul kayu bakar ke atas gunung. Ketika Abraham mengikatnya, kemungkinan besar dia mengetahui apa yang akan terjadi. Tetapi Ishak tetap taat dan tidak melawan terhadap ayahnya. Ia percaya dan menghormati ayahnya, serta menunjukkan imannya kepada Tuhan.
Dari hal ini kita bisa bisa mengetahui, walaupun Ishak adalah anak satu-satunya, Abraham tidak memanjakannya. Karena itu, Ishak bisa taat dan menghormati ayahnya, bahkan melayani Tuhan. Jika generasi muda saat ini bisa meneladani Ishak yang dengan tulus menerima didikan dari generasi sebelumnya, hal ini akan menjadi berkat terbesar sepanjang hidupnya. Hari ini, kita pun memiliki tanggung jawab yang sama untuk membimbing iman anak-anak kita agar memiliki ketaatan seperti Ishak.