SAUH BAGI JIWA
“Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia”—Ulangan 8:6
“Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia”—Ulangan 8:6
Allah berfirman kepada Saul agar orang Amalek ditumpas habis. Tetapi Saul tidak taat. Dia membiarkan Agag, raja orang Amalek, dan ternaknya tetap hidup. Ketika nabi Samuel menegurnya, Saul mengatakan, “Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.” (1Sam 15:24)
Perkataan Saul ini menunjukkan rasa takutnya terhadap manusia melebihi rasa takutnya terhadap Tuhan. Raja Saul lebih takut terhadap rakyatnya daripada Allah. Dia lebih suka menyenangkan hati rakyat daripada taat kepada perintah Allah.
Terkadang, kita pun dapat melakukan hal yang sama. Contohnya, kita dapat berbohong untuk menutupi kelalaian kita. Kita tahu bahwa berbohong itu dosa dan tidak dikehendaki Tuhan. Tetapi kita melakukannya karena kita takut orang lain akan tidak suka terhadap kita. Contoh lainnya, ketika atasan meminta kita untuk bekerja di hari Sabat, dan kita tidak menolaknya karena kita takut. Padahal kita tahu bahwa kita harus menguduskan hari Sabat. Perbuatan-perbuatan seperti ini menunjukkan bahwa kita lebih takut kepada manusia daripada Tuhan.
Mengapa kadangkala kita lebih takut kepada manusia daripada Tuhan? Mungkin salah satu alasannya adalah konsekuensi yang kita dapat dari Tuhan biasanya tidak kita rasakan secara langsung, sehingga kita mudah melanggar perintah-Nya. Namun, apa yang difirmankan Tuhan kepada kita? Ulangan 13:4 berkata, “TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.”
Jika kita menyebut diri sebagai anak-anak Tuhan, marilah kita taat kepada-Nya, sama seperti anak-anak yang taat kepada orang tuanya. Jika kepada orang tua kita di dunia ini saja kita harus taat, apalagi kepada Bapa kita yang di surga! Dia-lah Pencipta kita! Dialah sang Bapa yang sangat mengasihi dan peduli terhadap kita. Dia yang senantiasa merancangkan hal yang terbaik dan terindah bagi kita. Seperti Paulus mengatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rm 8:28)
Jadi, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak taat kepada-Nya, apalagi dengan sengaja melanggar perintah-perintah-Nya. Ikutilah teladan dari Sifra dan Pua, yang tidak menuruti perintah Firaun untuk membunuh bayi-bayi Israel yang baru dilahirkan. Mereka lebih takut kepada Allah daripada raja, walaupun nyawa mereka dipertaruhkan (Kel 1:17).
Ketika kita dihadapkan dengan pilihan: apakah kita harus takut kepada Tuhan atau manusia, ingatlah akan perkataan ini, “Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”” (Ibr 13:6).