SAUH BAGI JIWA
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”—Matius 6:14-15
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”—Matius 6:14-15
Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan, kita akan hidup berdampingan dengan sesama kita, baik keluarga, rekan kerja, kerabat dekat, dan juga saudara-saudari seiman. Hidup berdampingan, mungkin ada dari kita yang difitnah melakukan hal yang sebenarnya tidak kita lakukan. Kita mungkin ditipu oleh sahabat terdekat kita, dan lain sebagainya. Hal tersebut tentunya membuat kita menjadi marah dan kecewa. Di saat seperti itulah, “mengampuni” menjadi hal yang sangat sulit untuk dapat kita lakukan. Di dalam hati, kita akan berpikir bagaimana saya bisa mengampuni orang yang sudah memfitnah saya? Bagaimana saya bisa mengampuni orang yang sudah berbuat jahat kepada saya?
Pengampunan memang bukanlah perkara yang mudah. Tetapi mengampuni juga bukanlah hal yang tidak dapat kita lakukan. Bahkan, pengampunan adalah hal yang harus kita lakukan sebagai pengikut Kristus. Alasannya tertuang dalam Kolose 3:13 “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Kita harus mengampuni orang lain karena Tuhan sudah mengampuni kita terlebih dahulu.
Di dalam Alkitab, terdapat ilustrasi mengenai pengampunan yang dapat menjadi dorongan bagi kita bersama. Matius 18:23-35 mengisahkan ada seorang hamba yang berhutang sepuluh ribu talenta, atau setara enam puluh juta dinar. Satu dinar adalah upah seseorang bekerja dalam sehari. Dengan demikian, enam puluh juta dinar setara dengan enam puluh juta hari hamba tersebut bekerja. Secara mengejutkan, sang raja menghapuskan hutang hamba tersebut. Kemudian, saat hamba itu pergi dari hadapan raja, ia bertemu dengan hamba lain yang berhutang 100 dinar kepadanya. Tetapi ia tidak mau mengampuni hamba tersebut dan berusaha memasukkannya ke dalam penjara. Walaupun hutangnya yang enam puluh juta dinar sudah dihapuskan, namun ia dengan gigih menagih orang yang berhutang 100 dinar kepadanya. Sungguh tragis, bukan?
Demikianlah kita di hadapan Tuhan. Dosa kita sangatlah besar, seperti sepuluh ribu talenta tersebut. Tetapi karena kasih Tuhan, Ia menggantikan kita di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Setelah dosa kita diampuni, orang lain yang bersalah terhadap kita seperti hamba yang berhutang seratus dinar, yang sudah sepatutnya kita ampuni karena kita pun telah diampuni oleh Tuhan.
Selain itu, Tuhan Yesus mengatakan dalam Matius 6:14 “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.” Jika kita mengampuni kesalahan orang lain, maka Tuhan juga akan mengampuni dosa kita. Sebaliknya, jika kita tidak mengampuni, Tuhan juga tidak akan mengampuni kesalahan kita. Oleh karena itu, biarlah kita mau belajar untuk mengampuni kesalahan orang lain. Immanuel.