SAUH BAGI JIWA
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”—Matius 5:5
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”—Matius 5:5
Lemah lembut yang dimaksud Tuhan Yesus di sini bukanlah lemah lembut dalam perilaku atau penampilan dari luar, melainkan kelemahlembutan yang berasal dari dalam hati, yaitu orang yang dapat menerima firman Tuhan dengan rendah hati. Dalam bahasa Yunani, kata “lemah lembut” juga dapat diterjemahkan sebagai “rendah hati”, “hati yang peduli” atau “orang yang tidak menonjolkan kepentingan dirinya sendiri”. Dengan kata lain, orang yang lemah lembut adalah orang yang mau diajar, tidak suka membantah atau mencari-cari kesalahan. Dia seperti tanah liat yang baik, yang mudah dibentuk oleh tuannya.
Contoh orang yang lemah lembut di Alkitab adalah jemaat di Berea. Kisah Para Rasul 17:11 mencatat bahwa “orang-orang Yahudi di kota itu [Berea] lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.” Mereka menerima firman Tuhan dengan rendah hati dan mau belajar dengan sungguh-sungguh.
Berbeda sekali dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, mereka merasa diri hebat dan sangat memahami hukum Taurat. Mereka sombong dan merasa tahu segalanya. Saat mendengar firman, mereka sibuk berprasangka dan selalu mencari-cari kesalahan. Sejak awal mereka menolak firman, mengeraskan hati dan tidak mau diajar. Orang seperti ini sama seperti tanah liat yang keras dan sulit dibentuk.
Tuhan ingin agar kita memiliki hati yang lembut sehingga mudah diajar. Untuk dapat memahami kebenaran, seseorang harus membuka hatinya terlebih dahulu. Setelah firman itu masuk ke dalam hati kita, barulah ia dapat berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Sebaliknya, jika seseorang sudah menutup hatinya terhadap firman maka ia akan kehilangan kesempatan untuk mengenal kebenaran.
Kepada orang-orang yang mau menerima firman dengan rendah hati, Tuhan akan mengajarkan jalan-jalanNya kepada orang tersebut (Mzm 25:9). Selain itu pemazmur juga berkata, “Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” (Mzm 37:11). “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.” (Mzm 119:165).
Mengapa pemazmur bisa berkata demikian? Semakin kita mengenal jalan-jalanNya, kita akan semakin memahami Tuhan. Tuhan mengasihi kita dan selalu merancangkan hal yang baik bagi kita sehingga dalam keadaan apapun kita dapat tetap memiliki damai sejahtera dan sukacita. Tidak ada masalah apapun yang dapat membelenggu kita. Kebenaran ini sungguh akan memerdekakan kita. Walaupun mungkin miskin secara duniawi, kita kaya secara rohani. Inilah kebahagiaan sejati yang harus kita kejar.
Orang yang lembut hatinya takut akan Tuhan dan melakukan hal yang benar. Dia akan menjadi orang berkenan kepada Tuhan dan diberkati. Ketika dia berdoa, doanya yang sesuai dengan kehendak Tuhan akan dikabulkan. Bukankah ini merupakan harapan kita bersama? Tidak ada orang yang lebih berbahagia daripada orang yang doa-doanya didengar dan dikabulkan oleh Tuhan.
Jadi, jika kita ingin hidup dalam damai sejahtera dan sukacita di dunia, dan memperoleh kebahagiaan kekal di surga, belajarlah untuk menjadi orang yang rendah hati, yang hatinya lembut dan mudah dibentuk. Kiranya Tuhan membantu kita untuk mewujudkannya.
“Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” (Ams 22:4)