SAUH BAGI JIWA
“Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan berat dan Ia membingungkan mereka: Ia menghajar mereka dengan borok-borok, baik Asdod maupun daerahnya“
“Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan berat dan Ia membingungkan mereka: Ia menghajar mereka dengan borok-borok, baik Asdod maupun daerahnya“
Dalam kitab
Fokus adegan kekalahan yang mengejutkan seketika berganti pada sudut pandang orang-orang Filistin yang telah merebut tabut Tuhan. Di Asdod, mereka membawa tabut Tuhan ke kuil dewa mereka. Meskipun di medan perang, Tuhan tidak memberikan kemenangan pada bangsa Israel, saat tabut Tuhan diletakkan di sebelah sisi Dagon, dewa orang Filistin, Tuhan tidak tinggal diam. Peristiwa demi peristiwa yang tidak biasa pun mulai berdatangan. Dagon jatuh tertelungkup di hadapan tabut Tuhan bahkan dua kali berturut-turut, dengan kepala dan kedua belah tangannya terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu. Orang-orang Filistin mulai bingung dan dihajar Tuhan dengan borok-borok–orang dewasa dan anak-anak. Kematian pun melanda dari kota ke kota. Jelaslah bagi orang-orang Filistin bahwa dewa mereka, Dagon, tidak sanggup untuk melindungi mereka dari tabut milik Tuhan Allah yang hidup.
Meskipun tabut Tuhan tidak lagi bersama-sama dengan umat-Nya, Tuhan sendiri tetap bersaksi tentang kuasa-Nya terhadap bangsa lain, tanpa melalui perantaraan umat-Nya. Inilah puncak dari peperangan yang sesungguhnya: Tuhan sendiri – di tengah-tengah kelemahan iman bangsa Israel yang tidak dapat memuliakan nama-Nya – menunjukkan ke-Maha-Kuasaan-Nya di hadapan musuh-musuh-Nya. Dari sini, kita belajar bahwa kuasa Allah sama sekali tidak dibatasi oleh kekerasan hati dan ketidaksetiaan manusia. Ia bekerja melebihi apa yang kita pikirkan. Ia bahkan tetap bekerja dan menunjukkan kuasa-Nya di saat ketidakhadiran kita.
Perasaan sombong seringkali menipu kita, membuat kita berpikir bahwa kehadiran kita diperlukan agar kemajuan dalam kerajaan Allah dapat terjadi. Benar bahwa kita terpanggil untuk melakukan pekerjaan Tuhan, tetapi ingatlah bahwa pelayanan yang kita lakukan semata-mata hanyalah karena kemurahan-Nya atas kita. Pelayanan adalah cara bagi kita untuk merasakan kuasa-Nya dan membalaskan hutang kasih kita kepada-Nya. Kita hanyalah menanam dan menyiram, tetapi Tuhan justru yang memberi pertumbuhan (1Kor 3:7).
Saat tabut Tuhan berada di negeri orang Filistin selama tujuh bulan (1Sam 6:1), apakah yang dipikirkan orang-orang Israel tentang Tuhan Allah mereka? Apakah mereka mengira Tuhan sedang tidur, bahkan telah kehilangan kuasa-Nya? Sesungguhnya, peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam pasal 5 menunjukkan bahwa Tuhan sama sekali tidak tinggal diam.
Sebaliknya, saat kita melihat seakan-akan tidak ada peristiwa yang luar biasa, kita merasa bahwa Tuhan lalai untuk menepati janji-Nya. Kita mulai menyalahkan Tuhan. Namun, kita merasa enggan untuk merenungkan keadaan iman kerohanian kita sendiri. Kitab
Ketika keegoisan kita membengkakkan harga diri, merasa bahwa kehadiran kita sangat berpengaruh terhadap perubahan ataupun kemajuan dalam pekerjaan Tuhan; ingatlah hal ini: tangan Tuhan begitu berkuasa dan Ia tetap dapat bekerja serta menunjukkan ke-Maha-kuasaan-Nya tanpa kehadiran kita sekalipun!