SAUH BAGI JIWA
“Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu“
“Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu“
Ketelanjangan jasmani tanpa rasa malu dalam pernikahan adalah suatu konsep yang mudah dimengerti. Kita semua dapat memahami dan menerima kaitannya dalam suatu pernikahan yang bahagia. Rasanya tidak ada orang yang akan membantah bahwa cara yang paling nyata dan spontan untuk menunjukkan cinta kita kepada pasangan kita adalah dengan menerima bagaimana pun bentuk, ukuran, dan keadaan dari pasangan kita itu.
Penutup-penutup yang dibuat untuk membantu kita agar tetap terlindung dan tersembunyi dari seisi dunia ini seharusnya tidak diperlukan dalam pernikahan yang mesra. Tetapi dengan bertambahnya usia, tubuh kita pun mengalami perubahan yang tak sedap dipandang; mungkin yang paling umum adalah bagian otot yang telah mengendur di sekitar pinggul dan pinggang.
Mungkin pula ada kejadian-kejadian tak terduga yang merusak tubuh kita, seperti kecelakaan, penyakit, atau kondisi dan prosedur medis. Bahkan kehamilan dan kelahiran bayi sebagai salah satu keajaiban alam dalam kehidupan manusia, dapat mengubah tubuh si ibu yang semula langsing. Dalam keadaan-keadaan seperti inilah dan banyak keadaan lainnya, sikap saling menerima ketelanjangan jasmani pasangan menjadi suatu tantangan yang semakin penting untuk dapat mempertahankan pernikahan yang sehat.
Keintiman suami dan istri dalam hal jasmani adalah suatu rahasia yang teramat dalam yang diciptakan oleh Tuhan. Kita tidak dapat menemukan kesempurnaan kasih secara jasmani ini dalam bentuk hubungan kasih lainnya. Kesatuan ini melibatkan penyerahan-diri yang total dan penerimaan-akan-pasangan yang total juga, baik secara jasmani, emosi, maupun rohani.
Tuhan menciptakan keintiman ini bagi suami dan istri agar mereka dapat saling berbagi suatu hubungan yang khusus dan istimewa dengan pasangannya. Ikatan ini pasti hancur bila kita memilih untuk berbagi keintiman ini dengan orang yang bukan pasangan kita. Karena itu, kita harus memperhatikan untuk selalu menjaga dan memupuk berkat pernikahan ini dengan setia bersama pasangan kita dan tidak menduakan pasangan seumur hidup kita itu, sehingga kita dapat terus berdiri di hadapan pasangan kita dengan telanjang dan tanpa rasa malu.