SAUH BAGI JIWA
“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging…“
“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging…“
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia mengingatkan pembaca bahwa keinginan daging sesungguhnya berlawanan dengan keinginan Roh. Melalui surat Galatia, Rasul Paulus menyampaikan bahwa Roh Kudus menjadikan kita anak Allah. Ia menuntun kita untuk dapat mengerti kehendak Tuhan agar kita dapat menjadi manusia baru yang taat pada perintah-Nya.
Keinginan daging sesungguhnya bertentangan dengan kehendak Allah. Lalu bagaimana caranya kita menjalani kehidupan yang memuliakan Tuhan dan tidak menuruti keinginan daging? Dalam kehidupan sehari-hari, dari Senin sampai Jumat, kita lebih banyak meluangkan waktu dan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitar–termasuk dengan nilai-nilai maupun pemikiran dan cara pandang dari teman-teman di sekolah atau rekan-rekan di kantor. Bagaimana caranya agar kita dapat menjadi terang bagi orang lain?
Mungkin kita pernah mendengar sebuah keluhan, “Padahal ia begitu aktif di gereja, tetapi mengapa kelakuannya tidak berbeda seperti halnya orang-orang yang tidak percaya Tuhan?” Menanggapi pertanyaan demikian, Rasul Paulus pernah menuliskan suatu pernyataan yang tegas dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” (Gal 5:25).
Dalam bahasa Yunani, kata “hidup” adalah kata kerja perintah yang secara harfiah dapat diterjemahkan menjadi “berjalanlah,” “tinggallah di dalam,” “aturlah hidup Anda” atau “berhati-hatilah terhadap sikap perilaku Anda” dan memiliki nuansa waktu secara terus-menerus, berkelanjutan; bukan hanya sekali atau sewaktu-waktu saja.
Dengan kata lain, Tuhan sesungguhnya sudah memberikan kita Penolong, yaitu Roh Kudus, untuk membantu kita agar kita dapat dipimpin-Nya di dalam menjalani berbagai tantangan hidup–termasuk melawan berbagai keinginan daging. Namun, di lain sisi, perlu ada komitmen dan usaha secara aktif dari diri kita untuk menaati dan meninggalkan manusia lama kita dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Nasihat “hiduplah oleh Roh” memiliki makna bahwa ada dua keinginan yang saling bertentangan dalam diri kita: Keinginan daging yang membawa kita kepada dosa dan keinginan Roh yang membimbing kita untuk memuliakan Tuhan. Maka, ketika kita memutuskan untuk tetap membiarkan manusia lama kita, dengan segala hawa nafsu dan keinginannya, tetap hidup menguasai diri kita; meskipun kita sudah dibaptis bahkan menerima Roh Kudus sekalipun, kita sesungguhnya tidak berjalan bersama Kristus, tidak tinggal di dalam-Nya.
Selama kita menolak untuk menjaga sikap perilaku kita dari hawa nafsu, membiarkan diri kita terus tenggelam dalam keinginan daging; maka keinginan Roh akan terus terhimpit dan tidak dapat bertumbuh. Pada akhirnya, keinginan Roh tidak akan terwujud dalam kehidupan kita sehingga kita tidak dapat melakukan hal-hal yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kiranya kita mau bersama-sama untuk melunakkan hati kita terhadap teguran dan peringatan Roh Kudus-Nya agar kita dapat menjadi kemuliaan bagi nama-Nya. Amin.