SAUH BAGI JIWA
Bayangkan, jika di hadapan kita terdapat semangkuk hidangan penuh berisi sayuran dan buah-buahan. Dan di hadapan kita juga, terdapat hidangan berat seperti potongan besar daging sapi beef steak ala Eropa lengkap dengan kentang goreng bumbunya; dan diakhiri dengan makanan pencuci mulut es krim banana split dan kue tart coklat. Jika dibandingkan dengan hidangan di atas, sepertinya semangkuk salad buah menjadi tidak begitu menarik dan kurang menggiurkan.
Mungkin tidak begitu banyak orang akan memilih hidangan salad buah tadi. Tetapi tahukah bahwa makanan yang terdiri dari campuran sayur-sayuran dan buah-buahan, atau lebih dikenal dengan sebutan salad buah, ternyata justru sangat menguntungkan bagi kesehatan kita sendiri?
Para pakar gizi menyatakan bahwa hidangan sayur-sayuran dan buah-buahan sesungguhnya dapat membantu melancarkan pencernaan yang tersumbat dan membuang zat-zat racun di dalam tubuh kita, mengurangi risiko penyakit jantung, kanker organ pencernaan, diabetes, batu ginjal dan berbagai penyakit lainnya!
Seringkali, justru tanpa disengaja, kita mengabaikan kesehatan pencernaan kita. Dalam kesibukan sehari-hari, kita hanya mengkonsumsi makanan yang berprotein dan berkarbohidrat sesuai dengan selera kita tanpa memikirkan bagaimana makanan tersebut akan dicerna oleh organ-organ pencernaan. Hal yang sama mungkin telah kita lakukan terhadap “pencernaan rohani” kita.
Mengenai makanan secara rohani, Rasul Paulus pernah memberi teguran kepada jemaat di Korintus bahwa orang-orang yang ingin menuju kedewasaan secara rohani sudah seharusnya makan makanan keras (1Kor 3:2). Apakah itu makanan keras? Penggunaan frase “makanan keras” dalam bahasa asli selainkan merujuk pada perbandingan kondisi keras dengan lunak, secara harfiah juga dapat diterjemahkan menjadi “makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan, kesehatan dan gizi dalam tubuh.”
Kadang kala di dalam menyantap “hidangan rohani,” kita bersikap memilih-milih hidangan tertentu, sesuai dengan keinginan pribadi kita. Tanpa sadar, kita cenderung memilih hidangan firman yang enak didengar telinga dan menyenangkan hati, berisikan penghiburan dan janji berkat Tuhan. Sementara santapan firman yang kurang enak didengar ataupun menusuk hati, berisikan teguran dan penghakiman Tuhan, kita singkirkan jauh-jauh–masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Padahal, makanan yang terlihat “kurang lezat” seperti halnya sayuran dan buah-buahan justru memiliki kadar gizi yang tinggi dan baik untuk pencernaan! Penulis Kitab Ibrani memberitahukan pembaca bahwa makanan keras–yaitu makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan, kesehatan dan gizi dalam tubuh–justru berfungsi untuk melatih rohani kita. Dalam bahasa asli, kata “melatih” memiliki makna untuk mendisiplinkan tubuh baik secara mental maupun jasmani untuk berlatih agar tubuh menjadi sehat, bugar dan dalam kondisi prima untuk menghadapi perlombaan.
Seperti halnya latihan kedisiplinan jasmani membugarkan dan menyehatkan tubuh, latihan kedisiplinan rohani melalui “makanan keras” sesungguhnya membantu pencernaan rohani kita, membantu kita membedakan yang baik daripada yang jahat (Ibr 5:14)–seperti halnya: pengertian yang keliru, kesalahpahaman terhadap Firman Tuhan, bahkan sampai kepada perseteruan, pertengkaran dan kedengkian terhadap sesama rekan sekerja dalam Tuhan. Ini semua adalah akibat dari permasalahan di dalam “pencernaan rohani” kita. Pencernaan yang telah tersumbat oleh “zat-zat racun” yang tidak dapat dicerna, sehingga akhirnya menimbulkan “penyakit kronis rohani.”
Marilah kita bersama-sama menjaga kesehatan rohani kita dengan tidak mengabaikan santapan-santapan rohani yang terdengar keras dan menusuk hati yang justru dapat membantu kita di dalam mendisiplinkan diri secara rohani. Sudahkah kita mengkonsumsi semangkuk “salad buah rohani” kita hari ini?