SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku“
“Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku“
Pernahkah Anda merasakan momen ketika banyak pandangan tajam mengarah pada diri Anda atau kata-kata tegas diucapkan kepada Anda di hadapan sejumlah orang? Saat seperti itu, kita mungkin perasaan kita bercampur aduk –antara perasaan tidak nyaman dan terkejut. Mungkin kita ingin membela diri kita dengan memberikan penjelasan atau merespons dengan emosi yang meluap.
Pada saat seorang perempuan di dalam kitab Markus 14 mencurahkan minyak di atas kepala Yesus dengan minyak narwastu murni, banyak orang menentangnya. “Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: ‘Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.’ Lalu mereka memarahi perempuan itu” (Mrk 14:4-5).
Penulis Injil Markus menggambarkan suatu hal yang sangat disayangkan yang terjadi saat itu. Pada ayat 1, dicatatkan bahwa hari raya Paskah dan Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Orang-orang Yahudi umumnya sudah mulai mempersiapkan perayaan tersebut sejak dini. Namun, ada beberapa hal ironis yang dicatatkan oleh penulis: Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat. Yudas pun berencana untuk mengkhianati Yesus. Di dalam rumah, saat Yesus makan, ada orang-orang yang melampiaskan ketidak-senangan mereka dan memarahi perempuan tersebut.
Orang-orang itu tidak hanya menunjukkan kemarahan mereka, mereka juga menegur perempuan itu. Lalu apa reaksi perempuan itu? Dia tidak berkata apa-apa. Dalam kesunyiannya, dia menerima kemarahan orang lain. Dia tahu bahwa dia sedang mempersembahkan kepada Tuhan.
Kita mungkin berpikir bahwa saat kita berdiam diri, maka kita akan mudah dimanfaatkan oleh orang lain. Tetapi ketika kita melakukannya untuk Yesus, itu tidak akan dilupakan karena Yesus tahu segalanya. Janganlah gelisah, Tuhan Yesus akan membela kita. Dalam ayat 6, penulis Injil Markus mencatatkan perkataan Yesus, “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia?” Yesus tahu bahwa orang-orang tidak peduli tentang Dia. Mereka tidak peduli dengan orang miskin, melainkan mereka mementingkan kepentingan mereka sendiri. Yesus tahu bahwa mereka semua adalah orang-orang munafik. Betapa berharganya kata-kata yang Yesus ucapkan untuk perempuan itu!
Hal yang sama juga terjadi dengan Musa dimana Allah menyertainya. Musa berbicara kepada Tuhan muka dengan muka dan kecemburuan datang dari kakak perempuannya yang menjaganya ketika dia masih bayi dan kakak laki-lakinya yang membantunya berbicara kepada Firaun untuknya. Kita mungkin bisa menahan diri atas kritik dari orang lain, tetapi lebih sulit jika itu datang dari anggota keluarga kita sendiri.
Tetapi saat itu Musa tidak berbicara. Dia telah diserang oleh saudara laki-laki dan perempuannya sendiri, namun Tuhanlah yang berbicara untuknya. Alkitab mencatat bahwa Musa “sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi” (Bil 12:3). Di saat Musa sedang disudutkan, dia tidak mengatakan apa-apa. Tetapi sebagai gantinya Tuhan berkata untuk Musa. Tuhan menegur saudara laki-laki dan perempuannya.
Saat ini mungkin kita telah melakukan sesuatu untuk Yesus. Kita telah melakukan pelayanan untuk-Nya dan memberikan yang terbaik bagi-Nya di saat kesempatan itu ada. Namun, saat orang-orang mulai menyudutkan kita, janganlah kita lekas membalasnya. Jangan gegabah apalagi terbawa emosi. Simpanlah segala sesuatunya di dalam hati dahulu. Janganlah takut. Selama kita melakukan hal yang indah bagi Yesus, biarkan Yesus sendiri yang berbicara untuk Anda.