SAUH BAGI JIWA
“Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur seratus sepuluh tahun“
“Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur seratus sepuluh tahun“
Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal. Setiap manusia yang lahir ke dalam dunia, cepat atau lambat, akan mengakhiri hidupnya. Sebaik apa pun usaha kita untuk menjalani pola hidup sehat, menjaga asupan makanan dan rajin berolahraga, suatu hari kelak, kita pasti akan menghadapi kematian. Seorang pun tidak dapat mengelak dari hari kematian.
Yosua mengakhiri hidupnya pada usia 110 tahun, jauh di atas rata-rata umur manusia pada umumnya. Pemazmur mengatakan bahwa masa hidup manusia tujuh puluh tahun, dan jika kuat, delapan puluh tahun. Jika Tuhan menganugerahkan umur panjang sehingga kita bisa mencapai usia 80 tahun, kita bisa menghitung berapa lama lagi waktu yang kita miliki di dalam dunia ini. Dengan sisa waktu yang masih kita miliki ini, apakah yang akan kita lakukan?
Pemazmur mengatakan, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm 90:12). Namun bagaimanakah kita dapat menjalani hari-hari kita dengan bijaksana?
Alkitab menegaskan bahwa Yosua bin Nun adalah seorang hamba Tuhan yang berumur seratus sepuluh tahun. Namun, bagaimana ia menjalani hidup sampai akhir hayatnya? Sebelum ia berpulang, dipanggil Tuhan meninggalkan kehidupan jasmaninya dan meninggalkan bangsa Israel, ia telah memberikan satu pernyataan keras “aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” kepada bangsa Israel sebagai pernyataan perpisahannya.
Pernyataan demikian bukan hanya merangkumkan iman perjalanan Yosua–beserta keluarganya–di dalam kesetiaannya untuk berpegang teguh pada ketetapan Tuhan sampai pada akhir hayatnya, melainkan juga merupakan nasihat penting bagi generasi selanjutnya untuk meneladani dan mempertahankan iman kepercayaan yang telah mereka jalani dan alami bersama dengan Tuhan sampai akhir hidup mereka.
Menjalani hari-hari dengan bijaksana sama dengan mempersiapkan diri kita menghadapi kematian. Walaupun saat ini kita hidup di dunia, kita tidak hanya memikirkan kehidupan fisik kita saja. Hal yang terpenting adalah mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal setelah kematian. Karena itu, selama hidup di dunia, marilah kita selalu ingat akan Pencipta kita. Pada hari ini, sudahkah kita menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh bijaksana dan berkenan di hadapan Tuhan?