SAUH BAGI JIWA
“Ketika perempuan itu tiba, dibujuknya suaminya untuk meminta ladang kepada ayahnya. Maka turunlah perempuan itu dari keledainya, lalu berkatalah Kaleb kepadanya: ‘Ada apa?’ Jawabnya: ‘Berikanlah kepadaku hadiah; telah kauberikan kepadaku tanah yang gersang, berikanlah juga kepadaku mata air.’ Lalu diberikannyalah kepadanya mata air yang di hulu dan mata air yang di hilir“
“Ketika perempuan itu tiba, dibujuknya suaminya untuk meminta ladang kepada ayahnya. Maka turunlah perempuan itu dari keledainya, lalu berkatalah Kaleb kepadanya: ‘Ada apa?’ Jawabnya: ‘Berikanlah kepadaku hadiah; telah kauberikan kepadaku tanah yang gersang, berikanlah juga kepadaku mata air.’ Lalu diberikannyalah kepadanya mata air yang di hulu dan mata air yang di hilir“
Di dalam setiap benak seseorang terisi banyak sekali permintaan, harapan dan keinginan. Entah untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang-orang yang terdekat. Demikian pula halnya, saat doa-doa dipanjatkan; setiap orang memiliki permintaan dan permohonan yang disampaikan dalam doa-doa tersebut. Namun, hal terpenting yang patut kita renungkan adalah: Apakah permohonan yang kita panjatkan pada Tuhan itu adalah sebuah permintaan yang tepat?
Permintaan yang di sampaikan oleh Akhsa dan Otniel kepada Kaleb adalah sebuah teladan permintaan yang tepat. Mereka meminta mata air, karena sebelumnya tanah yang diberikan oleh Kaleb kepada mereka adalah tanah yang gersang (Yos 15:17-19). Dalam terjemahan yang lain, tanah yang gersang tersebut adalah Tanah Negeb, sebuah daerah yang memang tandus dan gersang (Mzm 126:4). Dengan demikian, permintaan yang disampaikan oleh Akhsa dan Otniel adalah sebuah permintaan yang tepat–benar-benar sesuai dengan yang mereka butuhkan. Mereka berdua meminta mata air, yang akan menjadi sumber kehidupan bagi bahtera rumah tangga mereka berdua, di tengah-tengah daerah yang tandus dan gersang.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan, jika kita renungkan kembali kisah ini, sesungguhnya peristiwa di atas juga bisa menjadi sebuah gambaran hubungan kita dengan Tuhan. Otniel dan Aksha dengan Kaleb, adalah sebuah hubungan menantu-anak dengan ayahnya. Demikian juga, kita adalah anak dan Tuhan Yesus adalah Bapa kita. Ketika kita menerima baptisan air, penebusan atas dosa-dosa kita telah diberikan-Nya sehingga kita menjadi anak-anak-Nya (Gal 4:4-5). Tentunya, sebagai anak, kita mengajukan permintaan-permintaan kita kepada Tuhan Yesus yang adalah Bapa kita. Namun, permintaan seperti apa yang kita ajukan?
Permintaan yang tepat adalah seperti yang diajukan oleh Otniel dan Aksha, yaitu sebuah sumber mata air untuk menjadi sumber penghidupan mereka. Perihal air hidup, Tuhan Yesus pernah menegaskan bahwa Dia-lah sumber air yang hidup itu (Yoh 7:37-38).
Hendaknya kita mengarahkan permintaan kita pada permintaan yang tepat, yaitu ketika kita mengarahkan permintaan-permintaan kita hanya kepada sumber air yang hidup. Sebab hanya melalui air hidup sajalah, jiwa kita–bagaikan tanah gersang–dapat kembali dipulihkan dan diberikan kekuatan untuk mengalami hidup baru di dalam Kristus. Kiranya, melalui naungan kasih-Nya, Tuhan Yesus menjadi sumber mata air hidup yang memberikan kita kesegaran dan kepulihan atas jiwa yang tandus dan gersang.