SAUH BAGI JIWA
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu“
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu“
Anak adalah pusaka yang diberikan Tuhan. Oleh karena itu, hendaknya orang tua dapat menjaganya dengan baik. Pemeliharaan dari segi kejiwaan lebih sukar dibandingkan dengan pemeliharaan dari segi tubuh jasmani. Apa yang harus kita lakukan agar anak dapat berjalan di atas jalan Tuhan? Apa yang harus kita lakukan, agar anak kita tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan?
Saya teringat akan anak kakak saya yang telah tumbuh dewasa. Masing-masing keponakan saya, mempunyai perbedaan sendiri-sendiri. Anak yang masih tetap tinggal di bawah pemeliharaan Tuhan, itulah yang harus disyukuri. Banyak anak yang telah menikah dengan yang tidak seiman, melakukan hal-hal yang mengikuti arus dunia atau yang bertentangan dengan status sebagai umat Kristen.
Sewaktu kami masih kecil, ibu saya sangat miskin. Ia seringkali berhutang untuk keperluan sehari-hari, tapi ia selalu menyisihkan uangnya untuk ongkos kami pergi ke gereja dan untuk uang persembahan. Sekalipun dalam segala hal kami lebih miskin dibandingkan dengan saudara lainnya, tapi kehidupan rohani kami berkelimpahan. Cerita Alkitab dan lagu pujian memenuhi hati kami dan menemani kami menempuh kehidupan kanak-kanak yang gembira. Masa kecil kami hangat dan penuh pengharapan. Ibu saya dengan polos mempertahankan imannya, dalam kesederhanaan ia telah menunjukkan hikmatnya.
Pada masa kanak-kanak, saya merasa puas walaupun hidup di dalam kemiskinan. Saya lebih berbahagia dari orang lain karena dapat menerima pendidikan agama sejak masih kecil. Saat ini masyarakat hidup berkelimpahan dari segi materi dan mempunyai banyak kesempatan untuk belajar. Akan tetapi mereka telah kehilangan sikap dan pandangan hidup yang sederhana seperti dulu. Kehidupan rohani juga semakin hampa.
Setiap malam sebelum tidur, saya mencoba untuk mengajak anak saya untuk berdoa supaya ia dapat merenungkan kasih Tuhan dan mengintrospeksi diri untuk segala perbuatannya hari itu. Doa Bapa Kami diucapkannya setiap hari, sehingga hafal. Sekarang sebelum pergi ke kantor, saya mengantarnya lebih dahulu ke sekolah. Setiap kali pada saat menunggu bis, saya berdoa bersamanya, mohon agar Tuhan menjaga kami sekeluarga. Jika masih ada waktu, maka saya akan menggunakan waktu sarapan pagi dengan cerita dalam Alkitab. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kerinduan pada Tuhan.
Suatu ketika, alat pemutar piringan musik kami rusak. Anak saya, yang berusia empat tahun, yang ingin mendengarkan musik dengan polosnya berdoa, ”Ya Tuhan! Mohon Engkau membantu alat itu, agar dia menjadi sembuh.” Kemudian, dia mencoba menyalakan ulang mesin tersebut dan dapat bekerja kembali. Ia senang sekali atas doa yang didengarkan Tuhan.
Meskipun terdengar konyol bagi kita orang dewasa, Tuhan dapat memakai cara yang dapat diterima oleh anak-anak untuk menyatakan kuasa-Nya. Hal ini membuktikan bahwa Ia pun turut bekerja dalam kehidupan anak-anak. Sejak saat itu putra saya telah belajar bagaimana bersandar kepada Tuhan.
Menceritakan cerita Alkitab adalah salah satu cara untuk memimpin penyempurnaan rohani anak. Dalam mencerna cerita-cerita Alkitab tersebut, anak baru dapat memahaminya bila dapat melihat gambaran nyata kehidupan sehari-hari. Karena itu pada setiap akhir cerita, kita harus memiliki sasaran untuk menggabungkan pengajaran dalam cerita tersebut dengan kehidupan masyarakat dan gereja. Kiranya orang tua dapat membimbing dan mendiskusikan tema tertentu dengan si anak agar mencapai pertumbuhan bersama.
Bagi orang tua yang ingin membangun mezbah keluarga, penyempurnaan rohani anak adalah suatu hal yang harus kita ciptakan. Kita harus membangun hal yang baik sehingga menjadi kebiasaan bagi anak dalam seumur hidupnya. Terciptanya hal ini tentu akan sangat membantu keluarga, gereja dan masyarakat di kemudian hari.
Jadi kita tidak boleh melalaikan kesempatan ini!