SAUH BAGI JIWA
“Rumah orang fasik akan musnah, tetapi kemah orang jujur akan mekar“
(Amsal 14:11)
“Rumah orang fasik akan musnah, tetapi kemah orang jujur akan mekar“
(Amsal 14:11)
Dalam dunia pendidikan, kita mengenal ada yang namanya Ujian Nasional atau biasa disingkat menjadi UN. Ujian ini diadakan baik dari tingkatan SD, SMP, maupun SMA. Tidak hanya murid, semua pihak yang terlibat sibuk mempersiapkan UN ini dengan baik. Pihak instansi pendidikan mempersiapkan soal-soal ujian dan berusaha dengan segala upaya supaya soal ujian tidak bocor. Bahkan soal-soal pun dikawal aparat ketika dikirim kepada pengawas di tiap sekolah. Ada juga sekolah yang memasang CCTV untuk mengawasi soal ujian tersebut.
Guru-guru menganjurkan muridnya untuk aktif dalam belajar dan berdoa. Biasanya upaya-upaya ini dilakukan secara massal saat menjelang ujian. Sebagian guru juga mengajarkan supaya murid bisa lebih “kreatif” untuk bisa mendapatkan nilai yang bagus. Misalnya menulis rangkuman, belajar bersama teman, dan yang lainnya. Pihak pelajar juga harus belajar dengan sungguh-sungguh, bukan berusaha mencari cara mudah melalui kecurangan untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Namun terkadang, kita sering menemukan beberapa kasus di mana ada pihak yang melakukan “jalan pintas,” seperti membeli kunci jawaban atau menyontek dan bekerja sama ketika mengerjakan ujian.
Jika kita merenungkan hal ini, apa makna dari pengadaan Ujian Nasional atau ujian lainnya? Apakah hanya untuk nilai tinggi semata-mata atau sebuah predikat kelulusan? Apakah demi kelulusan dengan nilai yang memuaskan, kita mau meninggalkan kejujuran dan melupakan usaha keras dalam belajar? Manusia mungkin dapat dibohongi, tapi hendaknya kita ingat bahwa mata Tuhan ada di mana-mana, melebihi CCTV. Tuhan juga tidak dapat kita bohongi.
Bukan hanya dalam hal mengerjakan ujian, di situasi mana pun kita berada, kita perlu menjunjung yang namanya kejujuran. Tidak ada hal yang disebut sebagai ‘kebohongan putih’ atau kebohongan yang diperlukan demi kebaikan.
Kejujuran adalah sebuah investasi jangka panjang. Ketika kita sering berbohong, orang-orang akan meragukan setiap ucapan kita kelak. Ketika kita sering berlaku curang, orang-orang akan menjadi kurang percaya kepada kita dan memusuhi kita. Berbeda jika kita dikenal sebagai orang yang jujur. Orang-orang di sekitar kita akan percaya kepada kita dan senang berada di dekat kita. Terlebih lagi Tuhan juga akan mengasihi kita yang senang bersikap jujur.
Maka dari itu, marilah kita belajar untuk bersikap jujur di dalam setiap aspek kehidupan kita. Baik itu dalam pendidikan, pekerjaan, pertemanan, ataupun hal lainnya; marilah kita tetap menjunjung kejujuran. Karena kejujuran adalah sebuah investasi jangka panjang, mungkin saat ini tidak akan terlihat hasilnya secara instan. Namun, kita akan merasakan dampaknya di waktu yang akan datang.
Selamat beraktivitas dan Tuhan Yesus memberkati.