SAUH BAGI JIWA
“Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah“
“Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah“
Jika kita melihat keadaan masyarakat saat ini, terdapat berbagai jenis penyimpangan moral dianggap sebagai hal yang sudah biasa–bila dibandingkan dengan ukuran moralitas masyarakat beberapa puluh tahun lalu. Hubungan antara laki-laki dan perempuan sudah sangat bebas. Orang dengan mudahnya berganti-ganti pasangan. Beragam kasus hamil di luar nikah dan penelantaran bayi hasil hubungan gelap bisa kita temui setiap hari di berbagai media. Belum lagi penyimpangan seksual antara sesama jenis. Berbagai penyimpangan moralitas ini sudah menjadi hal yang lazim. Inilah fenomena yang terjadi saat ini.
Sebagai anak-anak Tuhan, hidup kita harus berbeda dengan orang-orang dunia. Prinsip hidup kita harus sesuai dengan Alkitab, termasuk dalam hal pernikahan. Tuhanlah yang menetapkan pernikahan dan ini sesungguhnya adalah hal yang baik di mata Tuhan. Namun, manusia telah merusak konsep pernikahan itu. Jika kita ingin memiliki pernikahan yang baik dan diberkati, kita harus kembali kepada prinsip Alkitab dan mengikuti tujuan pernikahan yang ditetapkan oleh Allah.
Sebelum memasuki pernikahan, laki-laki dan perempuan harus menjaga kekudusan. Setelah berada dalam pernikahan, setiap orang harus menjaga kekudusan tempat tidur dan tidak melakukan perzinahan.
Penulis kitab Ibrani memberikan nasihat yang begitu tegas, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan.” Kata “hormat” dalam bahasa asli ternyata mengandung makna “mahal,” “berharga tiada tara,” atau “sungguh sangat berarti.” Kata yang sama juga digunakan untuk merujuk pada pengorbanan darah Yesus di atas kayu salib, darah yang begitu mahal, berharga tiada tara (1Pet 1:19). Penyimpangan moralitas dalam hubungan seksual berarti menganggap lembaga pernikahan sebagai sesuatu yang “murah,” “tidak memiliki harga” atau “tidak berarti sama sekali.”
Tuhan menginginkan agar kita menghormati pernikahan. Pernikahan merupakan lembaga yang ditetapkan dan didirikan oleh Allah. Jika kita menghormati pernikahan, kita menghormati Allah. Karena kita menghormati Allah, Ia akan memberkati kehidupan kita. Manusia seringkali berbuat apa yang disukainya dan melihat apa saja yang ingin dilihatnya. Namun, apakah kita pernah berpikir bahwa apa yang kita perbuat, ucapkan, lihat dan pikirkan disukai oleh Tuhan? Jika tidak, janganlah kita lakukan.
Dengan komitmen dan keteguhan untuk tidak mencemarkan diri dengan pandangan-pandangan yang memandang rendah, meremehkan bahkan menganggap lembaga pernikahan sebagai sesuatu yang tidak memiliki nilai; bukan hanya kita menjauhkan diri dari penghakiman Allah, melainkan perbuatan tersebut menjadikan kita sebagai teladan dan terang di tengah-tengah masyarakat yang amoral dan yang sudah terbiasa menganggap bahwa kekudusan pernikahan adalah sesuatu yang “murah.”