SAUH BAGI JIWA
“Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh“
“Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh“
Tubuh terdiri dari banyak anggota tubuh. Jika kita diminta untuk menyebutkan satu anggota tubuh yang paling penting dari anggota tubuh lainnya, anggota tubuh manakah yang akan kita sebutkan? Apakah kita akan menyebutkan mata, telinga atau mulut? Sesungguhnya, semua anggota tubuh itu penting. Namun, dari semuanya itu hal yang terpenting adalah kesatuan tubuh, bukan bagian anggota tubuh tertentu.
Di dalam Efesus 5:23, Rasul Paulus menjelaskan bahwa laki-laki adalah kepala dan wanita adalah tubuh. Seringkali kita salah memaknai prinsip ini dan menganggap laki-laki, karena sebagai kepala, lebih penting daripada perempuan sebagai tubuh. Namun, sesungguhnya, kepala tanpa tubuh tidak ada artinya. Jika tidak ada tubuh, siapakah yang akan menopang kepala itu? Begitu pula dengan tubuh. Tanpa kepala, tubuh itu tidak akan bisa berfungsi. Dengan demikian, bukan kepala atau tubuh yang lebih penting, tetapi yang terpenting adalah kepala dan tubuh menjadi satu kesatuan.
Di dalam pernikahan yang telah ditetapkan oleh Allah, baik laki-laki atau perempuan, sama-sama penting meskipun memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Suami dan istri adalah satu tubuh yang tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dikatakan mana yang paling penting atau lebih berkuasa daripada yang lain. Firman Tuhan berkata, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej 2:24).
Sebagai kepala, suami harus meneladani Kristus yang adalah kepala jemaat. Nabi Hosea pun dalam kitab Hosea menekankan hubungan yang begitu intim antara Tuhan dengan umat-Nya, “Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN” (Hos 2:19-20).
Kristus setia dan mengasihi jemaat, sama seperti Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya untuk jemaat. Tuhan mengasihi gereja-Nya sampai akhir karena kasih Tuhan itu kekal dan tidak berubah selama-lamanya. Karena itu, seorang suami harus senantiasa berkorban bagi istri dan keluarganya.
Sebaliknya, istri harus hormat dan setia kepada suaminya, sama seperti jemaat terhadap Kristus. Sebagai umat Tuhan, kita harus setia kepada Tuhan karena Ia sangat mengasihi kita, meskipun kita banyak berbuat dosa. Ia tetap mengasihi kita. Dengan demikian, istri pun harus setia dan menghormati suaminya.
Kasih Tuhan dan jemaat-Nya ini seharusnya yang menjadi standar bagi pernikahan Kristen. Mohonlah kekuatan kepada Tuhan agar kita dapat menjalankan kasih Kristus di dalam kehidupan keluarga kita.