SAUH BAGI JIWA
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu“
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu“
Siapa di antara kita yang pernah bertengkar atau bahkan memiliki musuh? Jika ini terjadi, seringkali kita mendengar nasihat: “Sudahlah, damai saja…” Atau, ada istilah “seribu teman itu kurang, satu musuh itu terlalu banyak.” Seorang teman pernah berkata, “Jika engkau mengucapkan kata maaf, maka kita telah melepaskan satu orang dari penjara dan orang itu adalah diri kita sendiri.”
Tahukah Anda jika kita membenci atau dendam kepada orang lain, maka akal dan nurani kita bisa menjadi “buta” hingga akhirnya kita membenci semua hal yang berhubungan dengan orang itu? Dampak lainnya adalah hati kita menjadi tersiksa oleh rasa dendam dan amarah yang berkecamuk di dalam diri kita.
Penulis Injil Matius menegaskan bahwa kita harus berdamai dahulu sebelum menghadap Tuhan. Tuhan Yesus mengajarkan agar kita cinta damai. Ia sendiri datang ke dunia ini untuk mengampuni dosa dan mendamaikan kita dari murka yang akan datang. Di dalam
Bagaimana caranya agar kita dapat selalu bisa berdamai dengan sesama? Ayat kunci Matius 5: 23-24 yang telah kita baca sebelumnya sesungguhnya memberitahukan langkah-langkah bagaimana kita bisa berdamai dengan orang lain.
Pertama, dikatakan bahwa “engkau teringat akan…” Ini mengacu pada tindakan untuk mengoreksi diri sendiri, yaitu dengan mengingat apakah kita sedang berselisih atau memendam kemarahan terhadap orang lain.
Kedua, kalimat kunci berikutnya adalah “sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau.“ Di sini menekankan bahwa kita harus memiliki sikap rendah hati untuk mengakui bahwa ada sesuatu yang salah yang mungkin telah kita perbuat terhadap orang lain sehingga mereka memiliki “sesuatu” di dalam hatinya terhadap diri kita.
Ketiga, “berdamai dahulu dengan saudaramu.” Ini menekankan pada tindakan untuk membuka hati dan berusaha untuk berdamai dengan orang lain yang berselisih dengan kita.
Ingatlah, jika kita berdoa atau beribadah namun masih disertai dengan pertengkaran dan hati yang jahat, Allah tidak akan berkenan atas doa kita itu. Dendam dan kebencian akan menghalangi segala berkat dari Tuhan. Ibadah kita tidak akan diterima Allah apabila kita melakukannya dengan hati yang penuh amarah. Marilah kita datang kepada Tuhan dengan hati yang penuh dengan sukacita, jangan dengan menyimpan dendam atau kebencian.