SAUH BAGI JIWA
Beberapa waktu yang lalu sempat ada berita menghebohkan, ketika ada seorang tokoh publik yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Tidak main-main, hartanya senilai ratusan miliar pun disita oleh negara. Harta benda yang diambil oleh negara di antaranya adalah ruko, tanah, mobil, saham, rekening, dan banyak lagi. Ya, semuanya itu diambil kembali oleh negara. Dan sebagai konsekuensi lainnya, ia harus mendekam di balik jeruji besi selama beberapa tahun. Bahkan setelah hukuman itu selesai, ia juga masih akan menjalani pidana penjara lagi selama beberapa tahun berikutnya.
Kasus ini mengingatkan saya pada nas firman Tuhan yang berbunyi: “Dan kalau ia tertangkap, haruslah ia membayar kembali tujuh kali lipat, segenap harta isi rumahnya harus diserahkan” (Ams 6:31).
Di Alkitab, ada beberapa kisah klasik tentang pencuri, akan tetapi di antara kisah-kisah ini, rasanya kisah Yudas-lah yang sangat fenomenal dan terkenal. Ya, Alkitab menyatakan dengan gamblang bahwa Yudas Iskariot merupakan seorang pencuri. Penulis Injil Yohanes menyatakan bahwa ia adalah seorang bendahara bagi Tuhan Yesus dan murid-murid. Namun ironisnya, ia justru menyalahgunakan kepercayaan tersebut. Selama menjadi bendahara, ia kerap kali mencuri uang yang dipegangnya. Tetapi sepandai-pandainya dia mencuri, pada akhirnya ketahuan juga. Sang penulis Injil Yohanes sendiri menekankan bahwa Yudas Iskariot adalah seorang pencuri yang suka mengambil uang kas yang dipegangnya.
Kitab Amsal berkata bahwa “Air curian manis, dan roti yang dimakan dengan sembunyi-sembunyi lezat rasanya.” Ini menunjukkan bahwa dosa mencuri sesungguhnya sangatlah menarik bagi banyak orang, karena hasilnya memang sangatlah lezat dan manis. Itulah sebabnya mengapa orang yang mencuri tidak jera-jera mencuri. Yudas telah menikmati manisnya hasil uang curian dan ia tidak sadar akan akibat yang dapat menenggelamkan dan membinasakan hidupnya dalam dosa.
Saudara-saudari, kadang kebiasaan Yudas ini juga dapat terjadi dalam kehidupan jemaat. Misalkan saja kita mencuri apa yang menjadi milik Tuhan, mencuri waktu pada hari Sabat kudus-Nya, atau mengurangi perpuluhan yang seharusnya kita berikan untuk Tuhan. Ingatlah pesan Rasul Paulus, “Barangsiapa mencuri janganlah ia mencuri lagi!” Baiklah sebagai umat Tuhan, kita bertobat dari dosa-dosa ini. Kita harus sadar bahwa mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi dan memperhatikan tingkah laku umat kepunyaan-Nya. Jangan sampai Tuhan sendiri yang menangkap dan mendapati kita, lalu mengambil segala harta rohani yang dipercayakan kepada kita.