SAUH BAGI JIWA
“…Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka…Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah…”“
(Kisah Para Rasul 16:22, 25 )
“…Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka…Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah…”“
(Kisah Para Rasul 16:22, 25 )
Mungkin kita pernah membaca perikop di atas dan berpikir bahwa rasul Paulus dan Silas dapat menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan di dalam penjara oleh karena mereka memiliki damai sejahtera Allah. Namun, jika kita renungkan, bagaimanakah kita menerapkan apa yang dialami rasul Paulus dan Silas ke dalam kehidupan kita?
Sebelum rasul Paulus dan Silas dimasukkan ke dalam penjara; mereka ditelanjangi, dipukuli dan didera dengan kejam. Mereka tidak hanya dipermalukan tetapi mereka juga kesakitan. Pada akhirnya, mungkin mereka merasa sangat lelah oleh karena luka-luka yang mereka derita. Tetapi semua itu justru tidak menghentikan mereka untuk berdoa dan menyanyikan puji-pujian!
Ketika saya membaca perikop itu, saya menyadari bahwa kondisi saya begitu menyedihkan. Terkadang saya melewati doa dan membaca Alkitab karena saya “terlalu lelah.” Terlalu lelah karena belajar, karena mengikuti kelas, karena mengikuti klub olahraga. Namun, apakah artinya semua itu jika dibandingkan dengan kelelahan yang dirasakan oleh rasul Paulus dan Silas?
Setiap kali kita memutuskan untuk melewatkan doa atau membaca Alkitab karena kita lelah, hendaknya kisah rasul Paulus dan Silas dapat menjadi pengingat bagi diri kita. Sebab jika kita merasa “terlalu lelah” dari hal-hal seperti tugas sekolah, atau pekerjaan rumah tangga, ataupun pekerjaan kantor; maka kita pun akan merasa enggan untuk mengalami penderitaan demi nama Tuhan.
Meskipun rasul Paulus dan Silas menderita sakit secara fisik, mereka masih tetap berdoa dan menyanyikan puji-pujian. Akhirnya, Tuhan melakukan mukjizat. Sungguh, peristiwa tersebut adalah contoh nyata bagaimana Tuhan menunjukkan kekuatan-Nya di dalam kelemahan kita.
Hal-hal besar dapat terjadi saat kita berdoa dan memuji Tuhan di dalam segala keadaan. Rasul Paulus dan Silas bukan hanya terbebaskan dari belenggu, melainkan mereka juga mendapat kesempatan untuk memberitakan kebenaran Injil kepada kepala penjara dan seluruh isi keluarganya! Pada akhirnya, mereka dapat membawa sukacita bagi orang lain, bahkan di saat mereka menderita sekalipun.
Tetapi, hal itu hampir-hampir tidak terjadi dalam diri saya. Sebab jika saya mengalami penderitaan dan kesulitan, saya memilih untuk menjadi lebih egois, tidak sabar dan mudah tersinggung. Perilaku tersebut sesungguhnya sangat disayangkan, karena saya tidak dapat mencerminkan sifat Kristus dalam diri saya.
Hendaknya kita bersama-sama berusaha untuk mengatasi rasa sakit, kelelahan dan pergumulan hidup. Dengan demikian, kita dapat senantiasa memuji Tuhan dan menyebarkan kasih-Nya kepada orang lain, apapun keadaan yang kita hadapi.