SAUH BAGI JIWA
“Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, tetapi orang benar diselamatkan oleh pengetahuan“
(Amsal 11:9)
“Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, tetapi orang benar diselamatkan oleh pengetahuan“
(Amsal 11:9)
Ketika kita mendengar kata “membinasakan”, apa yang terlintas dalam pikiran kita? Mungkin di dalam benak kita, ini mengacu pada tindakan kekerasan yang dilakukan seseorang secara fisik untuk membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain. Kita juga mungkin merasa bahwa membinasakan adalah suatu tindakan yang sangat kejam.
Tetapi, pernahkah kita menyadari bahwa membinasakan tidak hanya dilakukan secara fisik saja, tetapi juga bisa dengan menggunakan lidah atau perkataan kita? Amsal pasal 11 menyebutkan bahwa orang fasik dapat membinasakan orang lain dengan mulutnya. Mengapa demikian? Karena perkataan orang fasik tidak membangun, tetapi justru melemahkan orang-orang yang mendengarnya. Kemudian, kitab Amsal juga menuliskan bahwa mulut orang fasik penuh dengan tipu daya (Ams 10:32) dan mencurahkan hal-hal yang jahat (Ams 15:24). Bukan hanya perkataan kasar, kotor dicampur dengan hinaan, amarah dapat menyakitkan dan melukakan hati, melainkan perbuatan membohongi meskipun dibalut dengan pujian pada akhirnya dapat merusak hati orang yang menerimanya.
Hari ini, apakah perkataan yang keluar dari mulut kita menguatkan orang lain dan membangun iman kerohanian saudara-saudari seiman? Atau, apakah justru sebaliknya bahwa perkataan kita penuh dengan tipu muslihat dan kata-kata jahat yang melemahkan dan bahkan membinasakan iman mereka?
Marilah kita merenungkan setiap kata yang keluar dari mulut kita. Tanpa kita sadari, seringkali kata-kata yang kita ucapkan adalah jahat, melemahkan dan menghakimi saudara-saudari seiman. Melalui perkataan, kita bersaksi dusta terhadap sesama kita. Mulai hari ini, hendaklah perkataan yang keluar dari mulut kita dapat membangun orang-orang yang mendengarnya.
Seperti halnya nasihat sang penulis Amsal di kalimat berikutnya, “tetapi orang benar diselamatkan oleh pengetahuan.” Kata “pengetahuan” disini memiliki arti “hikmat,” “pengertian,” “pemahaman untuk membedakan yang benar dan yang salah.” Sedangkan, “diselamatkan” dalam bahasa asli dapat diterjemahkan menjadi “ditarik” atau “terbebaskan.” Dengan kata lain, saat seseorang memegang teguh hikmat yang dari Tuhan, dengan penuh pengertian mau memahami untuk membedakan perkataan yang baik dan yang buruk; maka hikmat tersebut akan menarik kita, membebaskan kita dari masalah atau bahaya yang seharusnya tidak perlu terjadi akibat perkataan yang “membinasakan” orang lain. Kiranya hal ini dapat menjadi renungan bagi kita. Amin.