SAUH BAGI JIWA
“Si lintah mempunyai dua anak perempuan: “Untukku!” dan “Untukku!” Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: “Cukup!”“
“Si lintah mempunyai dua anak perempuan: “Untukku!” dan “Untukku!” Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: “Cukup!”“
Lintah adalah hewan air seperti cacing, berbadan pipih, lunak, beruas-ruas. Kulitnya berwarna hitam atau coklat tua, pada kepala dan ujung badannya terdapat alat untuk mengisap darah. Di alam liar, lintah akan menempel pada kulit hewan, dan mengisap darah sebagai makanannya. Bila menempel pada kulit manusia, maka hewan itu juga akan mengisap darah manusia. Hidupnya dari menyerap darah untuk dirinya sendiri.
Ayat di atas mengatakan si lintah punya dua anak perempuan: “untukku” dan “untukku”. Ia hanya ingin mendapatkan sesuatu untuk dirinya dan untuk dirinya lagi, tidak mempedulikan orang lain, tidak pernah merasa cukup, dan tidak pernah merasa puas, menegaskan betapa rakusnya si lintah ini.
Yudas Iskariot adalah salah satu murid Tuhan Yesus, hidup dan berjalan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Namun Iblis menguasai hatinya sehingga ia menjadi tamak. Ketika ia dipercaya untuk memegang uang, ia sering mencuri uang kas yang dipegangnya. Tuhan Yesus sudah memberi peringatan kepadanya, namun ia tidak menyadarinya karena ketamakan terus menguasainya. Pada akhirnya, demi mendapatkan 30 keping uang perak, Yudas mengkhianati Tuhan Yesus. Yudas berulang kali melakukan dosa ketamakan, dalam hatinya tidak pernah merasa cukup, ingin mendapatkan lebih banyak lagi uang, dan lebih banyak lagi.
Ketamakan bisa menyebabkan manusia melakukan banyak kejahatan. Tuhan Yesus mengingatkan kepada kita, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan” (Luk 12:15).
Egoisme merupakan sifat dasar manusia, dan cenderung membuatnya hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Terlebih keadaan saat ini, ketika tekanan dan tuntutan hidup semakin besar. Mereka yang pada dasarnya egois, menggunakan segala macam cara untuk memperoleh keuntungan lebih banyak lagi untuk dirinya sendiri, “hanya untukku dan untukku.” Seperti peribahasa, “lemah lembut lintah, melekat payah lucut.” Orang lemah lembut seperti lintah, tetapi ketika sudah menghisap darah, susah melepaskan apa yang telah diperolehnya. Hanya untuk dirinya, tidak mau berbagi.
Bila tidak ada Kristus dalam hati kita, kita akan menjadi sama seperti mereka. Melakukan segala sesuatu walaupun itu melanggar firman Tuhan. “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat” (Yak 3:16). Bersyukur pada Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan kita, sehingga kita telah ditebus oleh darah-Nya dan menjadi anak-Nya. Hidup kita pun harus berpadanan dengan-Nya dan meneladani Dia. Kristus tidak mementingkan kepentingan-Nya sendiri; Dia rela mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa sebagai seorang hamba, dan menjadi sama seperti manusia, bahkan taat sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia dan menyelamatkan kita. Hendaklah kita tidak mencari kepentingan sendiri, melainkan dengan rendah hati mendahulukan orang lain. Bukan “untukku dan untukku,” tetapi “untukmu terlebih dahulu, baru untukku.” “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Flp 2:3-4). Haleluya, Amin.