SAUH BAGI JIWA
“Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi“
“Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi“
Gerbang adalah tempat keluar-masuk suatu kawasan tertutup yang dikelilingi pagar atau dinding. Dengan kata lain, gerbang adalah pintu awal untuk memasuki suatu tempat. Misalnya, ketika kita pergi ke tempat wisata, tentu kita akan menghampiri pintu gerbang untuk membeli tiket masuk kawasan wisata itu. Contoh lainnya, bagi anak-anak yang masih bersekolah, bangunan sekolah juga memiliki pintu gerbang sebagai tempat keluar masuk para siswa. Jadi pintu gerbang adalah tempat awal bagi seseorang untuk memasuki suatu tempat tertentu. Lalu, bagaimana dengan “Gerbang Kehancuran”?
Gerbang Kehancuran hanyalah sebuah kiasan yang menunjukkan awal suatu kehancuran. Penulis kitab Amsal menuliskan nasihat dan peringatan bagi kita, tentang awal sebuah kehancuran seseorang. Amsal 29:1 menyatakan, “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.” Dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia versi ILT3, penulisannya lebih jelas lagi: “Orang yang menegarkan tengkuk terhadap teguran akan tiba-tiba diremukkan dan tidak akan ada pemulihan.”
Sungguh suatu peringatan yang sangat keras bagi kita semua! Pintu Gerbang Kehancuran seseorang adalah ketika ia tidak lagi mau mendengarkan nasihat dan teguran. Gerbang Kehancuran bangsa Israel, khususnya Kerajaan Yehuda, juga diawali oleh ketegaran mereka atas teguran dan peringatan Allah. Berulang kali Tuhan menegur dan memperingatkan mereka melalui nabi utusan-Nya, tetapi bangsa Israel tetap bergeming. Mereka malah mengolok-olok nabi Allah dan menghina tegurannya. Akibatnya Kerajaan Yehuda pun hancur (2Taw 36:11-16).
Ketika seseorang tidak mau lagi mendengarkan teguran dan nasihat, sesungguhnya ia sampai pada gerbang kehancurannya. Apalagi jika teguran itu berasal dari Allah. Tuhan dapat menggunakan banyak cara untuk menegur kita. Bisa melalui khotbah yang kita dengar pada waktu beribadah, melalui teman atau orang di sekitar kita, saudara-saudari seiman, bahkan melalui sakit penyakit dan masalah yang kita alami. Tetapi apakah kita peka dengan nasihat dan teguran-Nya? Ketika Daud ditegur Tuhan melalui nabi Natan, ia langsung memohon pengampunan Allah dan merendahkan dirinya (2Sam 12:1-25). Demikian juga, kita harus bersikap rendah hati menghadapi teguran Allah, yang menegur kita oleh karena kasih-Nya kepada anak-anak-Nya.