SAUH BAGI JIWA
“Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi dari pada orang yang menjilat“
(Amsal 28:23)
“Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi dari pada orang yang menjilat“
(Amsal 28:23)
Seorang bayi senantiasa menginginkan kasih sayang orang tuanya. Ia menangis agar mendapatkan perhatian orang tuanya sesegera mungkin. Kasih adalah kebutuhan utama seorang bayi. Sampai dewasa pun, manusia senantiasa ingin merasa disayangi oleh orang lain. Baik itu oleh orang tua, pasangan, atau keturunan kita. Memperoleh kasih sayang adalah hal yang tidak boleh hilang dalam hidup seseorang.
Seringkali, rasa sayang ini ingin sesegera mungkin dirasakan. Bahkan seorang bayi tidak mempedulikan apa yang sedang dialami orang tuanya, menuntut kasih sayang dengan secepat-cepatnya. Demi memperoleh kasih sayang, sampai-sampai bayi menyampingkan hal-hal yang semestinya demi memperolehnya.
Amsal 28:23 menuliskan, “Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi dari pada orang yang menjilat.” Menjilat adalah mengatakan hal-hal yang menyenangkan lawan bicara, suatu sikap untuk memperoleh rasa sayang dari lawan bicara kita. Ini dilakukan dengan memuji, menyanjung, atau membanggakan lawan bicara kita. Namun apa yang diucapkan bukanlah hal yang sebenarnya atau tidak sejujurnya, semata demi memperoleh kesan baik dari lawan bicara.
Berbeda dengan menegur. Menegur berarti kita menyampaikan suatu kebenaran atas kekeliruan yang dilakukan oleh lawan bicara. Dalam hal ini, seringkali lawan bicara menunjukkan reaksi negatif ketimbang positif saat menerima teguran. Ia tidak menyukainya karena kita menyampaikan hal yang tidak ingin didengar olehnya.
Orang menjilat untuk memperoleh rasa sayang secara instan. Tetapi orang yang menegur seringkali mendapatkan amarah. Tetapi kitab Amsal mengingatkan kita bahwa orang yang menegur kemudian akan lebih disayangi daripada orang yang menjilat. Karena ketika orang yang kita tegur kemudian menyadari kekeliruannya dan memperbaiki kesalahannya, ia akan berterima kasih kepada orang yang pernah menegurnya sehingga ia berubah menjadi lebih baik. Maka orang yang menegur kemudian memperoleh rasa sayang di kemudian hari.
Saudara-saudari, menegur adalah hal yang dihindari kebanyakan orang. Seolah-olah menegur adalah perbuatan yang tidak terpuji. Namun dengan memberikan teguran kepada orang yang melakukan kesalahan, sesungguhnya merupakan suatu bentuk kasih kita kepada orang itu. Tegurlah dan bersiaplah dimusuhi karena teguran kita. Di lain sisi, tentunya perlu diingat bahwa menegur dengan cara emosi atau disertai dengan asumsi tertentu bukan hanya dapat melukai dan menyakiti hati seseorang, melainkan juga dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain. Oleh karena itu, menegur seseorang hendaknya selalu disertai dengan cara yang baik dan sopan. Pada saat kita menegur, mungkin kita tidak akan mendapatkan rasa sayang, tetapi kita akan disayangi di kemudian hari.