SAUH BAGI JIWA
“Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi“
“Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi“
Slogan “memecahkan berarti membeli” kerap kali kita jumpai di toko maupun di pasar swalayan. Apabila tidak tertangkap oleh kamera CCTV dan petugas keamanan, mungkin kesalahan yang dilakukan seseorang dapat saja terabaikan karena ketidaktahuan pemiliknya. Idealnya, pengunjung yang memecahkan barang akan membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi atas barang yang dipecahkannya itu tanpa adanya paksaan, meskipun kesalahan itu tanpa disengaja. Akan tetapi, ada sebagian orang justru lebih memilih menyembunyikan kesalahannya daripada menanggung kesalahannya dengan membayar harga barang yang sudah pecah atau rusak.
Saudara-saudari, ketika seseorang melakukan suatu kesalahan, umumnya ia akan menghadapi dua situasi, yaitu mengakui kesalahannya dengan rendah hati, atau melarikan diri. Dalam sejarah Alkitab, ada peristiwa serupa yang dilakukan nenek moyang kita, Adam dan Hawa. Di Taman Eden, mereka diperbolehkan untuk memakan segala buah yang ada di taman itu, kecuali buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Namun datanglah ular yang memperdaya dan menggoda manusia.
Pertama-tama, Hawa jatuh ke dalam tipu daya Iblis, kemudian diikuti oleh suaminya (1Tim 2:14). Setelah memakan buah pengetahuan itu, terbukalah mata mereka, dan menyadari bahwa mereka telanjang; mereka menyematkan daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan yang berjalan-jalan di taman, mereka segera bersembunyi di antara pepohonan (Kej 3:7-8).
Saudara-saudari, ketika kita melakukan dosa, apakah kita bersedia mengakui dan menyesali dosa-dosa kita di hadapan Allah? Atau apakah kita bersembunyi seperti Adam dan Hawa? Sebagai umat pilihan Allah, kita harus berani mengakui segala kesalahan kita di hadapan-Nya. Jikalau tidak, maka kita tidak akan pernah beruntung (Ams. 28:13). “Beruntung” yang dimaksudkan disini bukanlah beruntung secara nasib, melainkan dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai “membawa kepada kemajuan” atau “mendapatkan hasil.” Dengan kata lain, Tuhanlah yang membuatnya berhasil. Tuhan akan datang untuk menghakimi setiap orang setimpal dengan perbuatannya. Sebaliknya, jika kita mengakui dosa-dosa kita, Ia adalah setia dan adil, dan Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yoh 1:9).
Yesus Kristus pernah menyampaikan sebuah perumpamaan tentang anak yang hilang. Anak bungsu pulang ke rumah dan berkata kepada ayahnya, “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa.” Karena pengakuannya itu, anak itu mendapatkan kasih sayang dari bapanya. Demikian juga dengan kita, apabila kita berbuat dosa, janganlah kita malu untuk mengakui dosa kita di hadapan Tuhan, sebab barangsiapa tanpa malu mengakui dan meninggalkan dosanya, ia akan disayangi Tuhan.