SAUH BAGI JIWA
“Karena harta benda tidaklah abadi. Apakah mahkota tetap turun-temurun?“
(Amsal 27:24)
“Karena harta benda tidaklah abadi. Apakah mahkota tetap turun-temurun?“
(Amsal 27:24)
Orang yang hidup di dunia pasti memerlukan harta untuk hidup. Harta merupakan salah satu faktor utama bagi manusia untuk menjalani hidup. Namun dalam keadaan dunia saat ini, tampaknya harta menjadi lebih dari sekadar kebutuhan hidup. Pandangan manusia terhadap harta semakin bergeser. Manusia berlomba-lomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, memamerkannya, dan semakin terikat padanya. Inilah keadaan manusia.
Di kitab Amsal disebutkan bahwa harta benda tidaklah abadi. Salomo, penulis kitab ini, adalah seorang raja yang memiliki segala-galanya: harta kekayaan, kekuasaan, kemewahan. Semuanya ini dimiliki Salomo dengan berlimpah-limpah. Apa lagi yang kurang? Namun Salomo menyebutkan bahwa harta benda tidak kekal, yaitu fana, sementara, tidak berarti. Mengapa Salomo berkata demikian?
Salomo tidak memandang harta kekayaan sebagai yang terutama dalam hidupnya. Baginya, harta bukanlah sumber pengharapan. Ia tidak berfokus pada kekayaannya. Sesungguhnya harta benda tidak dapat membeli keselamatan atau pun menjaminnya.
Sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan, bagaimanakah kita memandang harta kekayaan di dunia? Apakah kita memandangnya sebagai yang terutama dan lebih penting daripada segala-galanya? Apakah kita masih berfokus pada mengumpulkan harta untuk memenuhi keinginan dan kepuasan pribadi kita?
Firman Tuhan mengingatkan bahwa harta benda tidaklah abadi. Salomo yang memiliki segala-galanya pun tidak berfokus mengejar harta dalam hidupnya. Bukankah Tuhan pernah berkata di Matius 6:33: “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”? Kiranya perasaan ini juga ada dalam hidup kita. Harta kekayaan tidak bersifat abadi; tidak dapat menjamin atau membeli keselamatan yang Tuhan janjikan. Jadi hendaklah fokus utama kita bukanlah untuk mengejar harta, tetapi mengejar keselamatan yang Tuhan janjikan.
Selain itu, penulis kitab Amsal melanjutkan lagi dengan penekanan berikutnya bahwa mahkota tidak selamanya turun-temurun. Dengan kata lain, seperti halnya kekayaan harta benda yang tidak abadi, demikian pula mahkota juga tidak abadi. Kekuasaan akan silih berganti dan tidak selamanya dapat digenggam terus-menerus.
Cukup menarik bahwa dalam kitab Amsal 27:23-27, sang penulis menekankan ketidak-abadian harta dan mahkota, kemudian dibandingkan dengan apa yang sudah dimiliki seseorang, yaitu kawanan hewannya, kambing dombanya–yang justru dapat memberikan susu, makanan, pakaian. Dengan kata lain, apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang, dibandingkan dengan kemewahan harta mahkota, justru selama ini telah dan sedang menghidupi kebutuhan orang itu beserta dengan keluarganya bahkan pelayan-pelayannya. Itulah sebabnya sang penulis Amsal menasihatkan, kenalilah baik-baik dan perhatikanlah.
Nasihat tersebut mengingatkan kita untuk mengenali dan memperhatikan apa yang sudah kita miliki dibandingkan dengan mengejar harta benda mahkota yang tidak abadi. Padahal Tuhan sudah memberikan pemeliharaan yang cukup pada diri kita dan keluarga. Dibandingkan dengan keinginan untuk mengejar kemewahan harta mahkota yang justru membuat kita semakin merasa tidak puas diri dengan kondisi yang ada, sang penulis Amsal ingin mengingatkan kita untuk bersyukur dengan apa yang sudah diberikan dan kenalilah serta perhatikanlah baik-baik berkat-berkat pemeliharaan yang selama ini sudah Tuhan berikan kepada kita dan keluarga. Dengan demikian, kita akan semakin bersyukur terhadap berkat pemeliharaan-Nya.