SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 19 May 2023
Banyak jemaat yang masih lajang menyatakan dengan putus asa bahwa “tidak ada pasangan yang cocok buat saya di gereja,” dan menggunakan keluhan ini sebagai suatu alasan untuk mencari pasangan di luar gereja. Namun bila kita selidiki lebih jauh, maka dengan cepat kita dapat mengetahui bahwa sebenarnya mereka sependapat bahwa di gereja masih ada saudara-saudari yang dapat dipilih, hanya saja mereka merasa bahwa yang ada itu tidak memenuhi kriteria pasangan ‘ideal’ yang mereka inginkan.
Mungkin mereka kurang tampan atau cantik, pendidikan mereka tidak cukup tinggi, atau mereka kurang berada. Mungkin juga kepribadian mereka kurang cocok, atau mereka tidak pandai bicara, tidak modis, atau selera humor mereka kurang. Daftarnya terus bertambah panjang.
Apa benar di antara sekian banyak jemaat “ikan yang ada dalam air tidak cukup”? Tentu saja, bila kriteria utama kita dalam membangun hubungan adalah apa yang dilihat orang secara jasmani, maka kita tidak akan pernah merasa cukup sekalipun ikan yang ada sebanyak ikan di lautan.
Dalam kisah nabi Samuel mengurapi Daud sebagai Raja Israel, Allah memerintahkan Samuel untuk pergi ke rumah Isai dan mengurapi orang yang telah dipilih Allah. Samuel mengira bahwa Eliab, kakak Daud adalah orang yang terpilih karena perawakannya yang tinggi dan rupawan. Tapi bagaimana jawaban Allah? “…Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1Sam 16:7).
Dalam usaha kita mencari belahan jiwa kita, beberapa dari kita melakukan kesalahan yang sama seperti halnya Samuel: kita memilih berdasarkan penampilan dan kualitas duniawi, sehingga tidak dapat mengenali pasangan yang telah dipilihkan Tuhan untuk kita.
Kisah berlanjut: “Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: ‘Semuanya ini tidak dipilih TUHAN’” (1Sam 16:10). Bayangkan bagaimana kekecewaan yang dirasakan Samuel bertambah besar setiap kali satu orang anak muda lewat di hadapannya dan ia tetap tidak mendapati yang tepat.
Setelah anak muda yang ketujuh, maka sudah tidak ada lagi yang kelihatan. Namun Samuel percaya akan perkataan Allah, maka ia bertanya kepada Isai apakah ia masih memiliki anak yang lain. Setelah itu ia menunggu kedatangan anak yang dianggap memiliki peluang sangat kecil untuk terpilih, bahkan ayahnya sendiri pun tidak menganggapnya. Ternyata Samuel tidak sia-sia menunggu karena anak muda yang datang terakhir kepadanya adalah sungguh yang dipilih Allah, yaitu Daud.
Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa kita harus memiliki kesabaran dan keyakinan yang cukup besar untuk menantikan rencana Tuhan dalam mewujudkan pernikahan kita. Terkadang mungkin kita mulai kehilangan pengharapan dan iman kepada Tuhan setelah mengalami serangkaian hubungan yang mengecewakan dengan calon-calon pasangan kita. Andaikan saja kita dapat bersikap seperti Samuel, yang walaupun pada mulanya telah membuat kesalahan dengan hanya melihat rupa luar dari anak-anak Isai, namun kemudian ia dapat mempertahankan imannya dan menantikan penggenapan kehendak Allah. Samuel tidak hanya mengalami sekali atau dua kali kekecewaan; ia mengalami kecewa sebanyak 7 kali, tetapi ia mempertahankan imannya karena ia tahu bahwa Allah tidak akan berdusta.
Ada banyak ikan dalam air, asalkan kita dapat mengenali kualitasnya yang sebenarnya dan dapat dengan sabar menantikan pasangan yang tepat menurut waktu Tuhan.