SAUH BAGI JIWA
“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka“
(Matius 5:29-30)
“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka“
(Matius 5:29-30)
Simson adalah hakim terakhir dalam sejarah hakim-hakim bangsa Israel. Keunikan Simson dari hakim-hakim lainnya adalah ketika Simson berperang melawan orang Filistin. Ia berperang sendirian tanpa dukungan prajurit atau tentara. Ia adalah orang terkuat yang pernah hidup pada jaman hakim-hakim. Singa pun ia kalahkan dengan tangan kosong, bagaikan anak kambing dan seribu orang dipukul kalah dengan tulang rahang keledai (Hak 15:15).
Namun, kehebatan Simson pada akhirnya tidak menjamin dirinya tetap bertahan dalam iman dan statusnya sebagai nazir Allah! Bangsa Filistin membutakan mata Simson dan menjadikannya sebagai hiburan lawak. Yang lebih tragis, Tuhan pun bahkan tidak berkenan dengan kehidupan Simson. Pada akhirnya, ia mati dengan keadaan yang mengenaskan. Mengapa? Karena benih-benih dosa yang mengakibatkan kegagalan hidup Simson.
Simson memiliki kelemahan, yaitu pada matanya. Alkitab mencatat, bahwa ia mudah jatuh hati pada perempuan yang dilihatnya. Simson tidak peduli apakah perempuan itu dari bangsa Filistin atau bukan, dan Simson tidak menghiraukan statusnya sebagai nazir Allah. Ia berbuat sekehendak hatinya sendiri. Kelemahannya ini menjatuhkan Simson karena ia tidak segera menyadarinya dan segera bertobat.
Benih bentuknya kecil, terlihat sepele, bahkan seperti tidak terlihat dan tersembunyi. Benih dosa dalam diri Simson seakan-akan tidak terlihat dan tersembunyi dalam hatinya, tetapi menjadi benih kegagalan dalam hidupnya. Setiap manusia mempunyai kelemahan. Besi mungkin tampak kuat menghadapi rayap ketimbang kayu, tetapi besi lemah melawan air yang membuatnya berkarat.
Bagaimanakah dengan kita? Adakah benih dosa yang tersembunyi dalam hati kita? Seorang anak mungkin merasa iri melihat gadget-gadget mahal yang dimiliki oleh teman-temannya. Namun, jika perasaan itu terus dipelihara, lama kelamaan akan bertumbuh dan akhirnya mendorongnya untuk memaksakan kehendaknya kepada orang tua untuk membelikannya, sehingga terjebak pada gaya hidup mewah. Hal terburuk, tanpa sadar perasaan yang tak terkendali itu akan membawa seseorang pada kebiasaan mencuri untuk memuaskan hawa nafsu pada barang-barang yang kita inginkan.
Karena benih kelemahan Simson tak kunjung dicabut, akhirnya mata jasmaninya yang dibutakan. Ironisnya, barulah setelah itu mata rohaninya dapat melihat. Simson menyadari kesalahan dan dosa yang telah ia lakukan, yang mengakibatkan kegagalannya.
Kegagalan Simson menjadi sebuah peringatan bagi kita akan bahayanya benih dosa yang kita biarkan. Buanglah jauh-jauh benih tersebut! Jangan sampai benih dosa itu tumbuh menjadi kegagalan yang menjauhkan kita dari Tuhan dan hidup kekal-Nya. Jagalah hati kita agar tidak menjadi tempat yang nyaman bagi benih dosa bertumbuh.