SAUH BAGI JIWA
“Sekuat-kuatnya seorang pria, namun jatuh di tangan seorang wanita.” Mungkin pernyataan ini sering kita dengar, Simson jatuh ditangan Delila, Salomo jatuh di tangan istri-istrinya yang berasal dari bangsa lain, tetapi tidak demikian dalam kehidupan Yusuf.
Ketika Yusuf berada dirumah Potifar, godaan paling berat yang harus dihadapinya adalah godaan dari istri tuannya. Mengapa? Pertama, Yusuf adalah seorang pemuda berusia 17 tahun yang digoda oleh seorang istri pegawai istana Firaun, istri seorang penting di istana Firaun. Yusuf digoda dari hari ke hari, bukan hanya sekali, dua kali, tetapi hampir setiap hari! Bahkan ia digoda ketika tidak ada orang yang mengetahuinya, hanya Yusuf dengan istri Potifar.
Seperti halnya Yusuf yang harus menghadapi godaan dari istri Potifar, pada hari ini, anak-anak muda zaman sekarang harus menghadapi godaan dari teknologi sosial media. Melalui sosial media, seseorang dapat memuaskan hawa nafsunya dengan gambar-gambar yang tidak senonoh dan video-video porno yang merusak kekudusan.
Selain itu, godaan sosial media dengan situs-situs yang mengumbar hawa nafsu dan merusak moral datang setiap hari, setiap menit dan setiap detik. Dengan kemudahan teknologi, situs-situs tersebut dapat diakses melalui handphone, tablet, komputer dan perangkat elektronik lainnya, di mana kita bisa bersembunyi dan tidak ada yang mengetahui perbuatan-perbuatan kita. Begitu mengerikan bukan? Tantangan-tantangan di atasbukanlah perkara mudah untuk kita hadapi.
Kekudusan merupakan hal yang harus dipertahankan, karena tanpa kekudusan tidak seorangpun bisa melihat Allah (Ibr 12:14). Bagaimana reaksi kita melihat kenyataan yang ada dan godaan besar yang harus kita hadapi? Mari kita belajar dari Yusuf yang telah menang mengalahkan godaan dosa.
Pertama, belajarlah menolak berbuat dosa. Yusuf dengan tegas menolak permintaan majikannya yang bertentangan dengan kebenaran Allah. Biasanya, oleh karena rasa ingin tahu yang tinggi, anak muda tidak ingin dibilang “tidak setia kawan” oleh teman-temannya ketika disuguhkan konten yang berbau pornografi; sehingga akhirnya malah tidak bisa mengendalikan diri.
Kedua, milikilah rasa takut akan Tuhan. Yusuf bukan saja takut kepada Potifar, tetapi dia lebih takut kepada Allah yang mengetahui segala perkara. Mungkin kita bisa bersembunyi dari orang tua, guru dan orang lain, tetapi kita tidak dapat menyembunyikan perbuatan kita dari hadapan Allah.
Ketiga, larikan dirilah dari godaan itu. Sekuat-kuatnya batu, bila terus ditetesi oleh air, maka batu itu akan berlubang. Sekuat-kuatnya kita menahan dan melawan godaan dosa, berhati-hatilah, jangan-jangan kita akan terjatuh. Alangkah bijaknya apabila kita lari meninggalkan sumber godaan dosa tersebut.
Teman-teman yang terkasih, ketika kita sudah tidak bisa menahan diri dan melawan godaan, jurus yang paling ampuh adalah melarikan diri atau menghindarinya. Itu bukan sikap pengecut, tetapi sikap cerdik dan bijak. Janganlah kita mendekati sumber godaan tersebut. Ketika godaan datang saat kita berada di depan komputer, lebih baik kita langsung meninggalkan sejenak komputer kita agar tidak terjebak untuk membuka situ-situs yang tidak kudus. Ketika godaan datang dari teman-teman pergaulan, alangkah baiknya kita meninggalkan pergaulan yang buruk tersebut.
Semua anak-anak Tuhan menghadapi pergumulan yang sama (1Ptr 5:9). Oleh karena itu, selamat berjuang, dan tetaplah bersandar kepada Tuhan agar dapat memperoleh kemenangan melawan godaan dosa.