SAUH BAGI JIWA
Sebagai makhluk sosial, kita perlu berinteraksi dengan orang lain. Disadari atau tidak, interaksi dengan sesama dapat mengubah karakter, kebiasaan, bahkan kerohanian seseorang. Maka, kita harus berhati-hati dalam memilih teman. Sebab pergaulan dapat memberikan pengaruh besar dalam kehidupan kita. Rasul Paulus berkata bahwa pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik. Jika kita sering bergaul dengan orang yang malas, lama-kelamaan kita juga akan menjadi seorang pemalas, demikian pula sebaliknya. Apa yang kita lihat dan dengar juga akan sangat mempengaruhi kita. Amsal 13:20 berkata, “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.”
Oleh karena itulah Allah sangat menentang orang Israel bergaul dengan bangsa-bangsa lain. Sebab mereka menyembah allah-allah asing dan sangat mungkin dapat membuat orang Israel ikut menyembah berhala pula. Bahkan raja Salomo yang sangat berhikmat pun dapat dipengaruhi oleh isteri-isterinya, sehingga tidak lagi berpaut kepada Tuhan sepenuh hati.
Seringkali Tuhan juga memakai orang-orang di sekitar kita untuk mendewasakan kerohanian kita. Misalnya, kita diizinkan untuk bertemu dengan atasan yang suka marah dan memerintah untuk melatih kesabaran kita, bertemu dengan orang yang memusuhi kita tanpa sebab untuk memberikan kita kesempatan untuk mengasihi dan mengampuni, bertemu dengan orang yang miskin dan kekurangan agar kita dapat menjadi orang yang bersyukur.
Di dalam Alkitab, kita juga dapat melihat bagaimana Yusuf dan Daud bertumbuh secara rohani setelah mengalami masa-masa sulit akibat perbuatan dari orang lain. Yusuf sejak muda sudah harus hidup sendiri dan jauh dari orang tua. Tentu ini membentuknya menjadi seorang yang mandiri. Banyak kesulitan yang dialaminya, mulai dari kebencian saudara-saudaranya kepadanya, kesulitan untuk beradaptasi di tempat asing, fitnahan dari istri Potifar, kesusahan di dalam penjara, sampai dilupakan oleh juru minuman. Daud pun demikian. Sejak Saul merasa iri hati kepadanya, kehidupan Daud tidak bisa tenang lagi. Saul selalu berikhtiar untuk membunuhnya. Selama masa pelariannya, dia juga mengalami banyak sekali kesusahan, bahkan hampir kehilangan nyawa.
Masa-masa sulit itu membuat mereka bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga mereka memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Kasih Tuhan juga telah membuat mereka mampu mengasihi orang lain. Mereka menjadi dewasa secara rohani. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap orang-orang yang telah sangat menyusahkan mereka. Yusuf dengan kebesaran hati menerima dan mengampuni saudara-saudaranya. Dia sama sekali tidak menyalahkan mereka. Daud pun tidak memiliki rasa benci atau dendam terhadap Saul. Ketika ada kesempatan untuk membunuh Saul, Daud tidak melakukannya. Dan ketika Saul mati, Daud turut berduka. Hubungan yang dekat dengan Tuhan, kasih, dan sikap mau mengampuni ini terbentuk akibat perlakuan tidak mengenakan yang mereka terima.
Dari sini kita dapat melihat besarnya pengaruh orang lain terhadap diri kita. Melalui orang lain, kita dapat belajar, bercermin, dan bertumbuh. Dari orang-orang yang baik dan bijak, kita dapat belajar dari teladan mereka. Tetapi dari orang-orang yang jahat, kita pun dapat bertumbuh menjadi dewasa, baik secara mental maupun spiritual.
Kiranya, Tuhan memberikan kita hikmat dalam memilih teman dan untuk belajar dari setiap keadaan dan orang yang kita temui sama seperti Yusuf dan Daud.