SAUH BAGI JIWA
“Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?“
(Yohanes 6:9 )
“Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?“
(Yohanes 6:9 )
Tidak ada hal yang mencolok tentang bocah itu. Kita tidak tahu namanya. Yang saya tahu hanyalah, pada suatu waktu dia memiliki lima roti jelai dan dua ikan kecil. Jika bukan karena catatan rasul Yohanes, sejarah tentang bocah ini akan terlewatkan begitu saja.
Suatu kali, lebih dari lima ribu orang mengikuti Yesus dengan berjalan kaki karena tanda mukjizat yang Ia telah lakukan. Mereka rela menyebrangi lautan bahkan menaiki gunung! Dan anak laki-laki kecil ini adalah salah satu di antara orang banyak itu.
Saat makan malam, para murid meminta Yesus untuk menyuruh orang-orang pergi mencari makanannya sendiri. Namun, Yesus malah menguji Filipus dengan menyuruhnya untuk memberi makan orang-orang itu.
Filipus pun berkata, “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja” (Yoh 6:7). Yesus tampaknya menugasi mereka dengan misi yang mustahil.
Kemudian, Andreas menemukan seorang anak laki-laki yang memiliki lima roti dan dua ikan, serta membawanya kepada Yesus sambil mengutarakan keraguannya. Sungguh, jika roti sebanyak dua ratus dinar saja tidak sanggup mengenyangkan orang banyak itu, apakah artinya lima roti jelai dan dua ikan kecil?
Tetapi Yesus justru memerintahkan murid-murid untuk menyuruh orang banyak itu duduk.
Mukjizat pun terjadi. Dari lima roti jelai dan dua ikan kecil, lima ribu laki-laki dewasa ditambah dengan perempuan dan anak-anak dapat makan sepuasnya sampai mereka kenyang. Bahkan sisa potongan yang dikumpulkan memenuhi dua belas bakul.
Yesus telah menunggu anak laki-laki itu muncul dari kerumunan. Dia hanya mempunyai lima roti jelai dan dua ikan kecil. Jelai adalah makanan untuk orang miskin dan ikannya, ya, mereka kecil—bahkan terjemahan bahasa Yunaninya adalah “potongan kecil.”
Namun, kerelaan bocah itu untuk menyerahkan apa yang dia miliki, bukanlah hal yang remeh. Yesus menerima persembahannya. Ia mengubah apa yang terlihat remeh menjadi kelimpahan dengan banyak sisa. Orang-orang yang menyaksikan dan turut mengambil bagian dalam keajaiban itu bersaksi, “Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia” (Yoh 6:14).
Kisah di atas berbicara juga kepada saya, memberitahukan apa yang Yesus dapat lakukan dengan potongan kecil persembahan yang diberikan. Jika yang Tuhan butuhkan hanyalah apa yang kita miliki—seberapa kecil atau sedikit pun—maka masih ada mukjizat yang belum terlihat.
Seperti orang banyak yang pada akhirnya mengakui kuasa Yesus, pada hari ini, kita memiliki tugas untuk menginjili dunia serta mengasihi sesama saudara-saudari kita. Masih banyak orang-orang yang belum mengenal Kristus dan masih banyak teman-teman yang membutuhkan pertolongan. Mungkin kita berpikir bahwa hal itu adalah misi yang mustahil.
Ketahuilah, bahwa bersama Yesus, tidak ada hal yang mustahil. Sama seperti bocah kecil yang muncul dengan kerelaannya, pada hari ini, Yesus menunggu kerelaan dan ketaatan kita untuk menjadi bejana bagi kemuliaan-Nya—tidak peduli seberapa sedikit dan kecilnya talenta yang kita miliki.