SAUH BAGI JIWA
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!“
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!“
Setengah tahun yang lalu, di saat saya sedang berlatih untuk lomba lari jarak jauh, tiba-tiba saya merasakan sakit yang menusuk pada bagian pinggul. Namun, setelah beristirahat sejenak dan rasa sakit itu mulai hilang, saya abaikan.
Akhirnya, saya mengikuti perlombaan lari dan mengikuti kegiatan lomba lainnya selama berbulan-bulan setelah peristiwa sakit yang menusuk itu. Kadangkala, ada sentakan rasa sakit yang luar biasa di pinggul saya ketika saya mencondongkan tubuh ke arah depan.
Suatu hari, saya menjadi pincang, karena perbuatan melangkahkan kaki menjadi begitu menyakitkan. Keesokan paginya, saya menelpon ke beberapa rujukan untuk mencari tahu dokter yang khusus menangani tulang dan saraf.
Namun, dalam hati saya merasa takut, jangan-jangan dokter akan memberitahu saya bahwa masalah pada bagian tubuh yang sakit sudah menjadi parah karena terlalu lama dibiarkan dan tidak diselesaikan selama enam bulan.
Sama halnya dengan kehidupan rohani kita: Berapa lama kita bergumul secara rohani dan kemudian mengabaikannya selama beberapa waktu, sebelum akhirnya kita memutuskan untuk meminta pertolongan?
Seringkali kita terombang-ambing dalam kubangan emosional, finansial dan akademis kita sendiri karena kita takut bertanya dan enggan meminta pertolongan. Disamping kita tidak tahu harus bertanya kepada siapa, kita juga merasa takut kalau-kalau solusinya terlalu sulit untuk diselesaikan.
Di saat kita menunggu dan menunggu, tanpa sadar kita mulai tenggelam lebih dalam. Dan jumlah orang-orang yang kita sakiti dan bohongi bisa semakin bertambah, di saat sesungguhnya kita sedang bergumul dan tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja.
Berapa lama lagi kita akan melewati satu hari, tanpa berkomunikasi dengan Tuhan? Berapa lama lagi kita akan bersikeras untuk melakukan tugas pelayanan, baik itu mengajar ataupun memimpin persekutuan, di saat kita sendiri mengalami kesulitan untuk melaksanakan Sepuluh Perintah? Berapa lama lagi kita terus memanjakan kebiasaan buruk kita, sebelum akhirnya kita meminta bantuan dalam doa dan nasihat?
Jangan tunggu hari esok. Sekaranglah saatnya untuk meminta bantuan!
Penulis surat Yakobus mengingatkan, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak 5:16).
Selain itu, rasul Paulus pun pernah menghibur jemaat di Korintus melalui nasihatnya, “Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu” (2 Kor 6:2).
Oleh karena itu, buatlah janji dengan Tuhan. Angkatlah telepon, buatlah janji dengan orangtua kita, dengan sesama saudara-saudari seiman di gereja, ataupun dengan hamba-hamba Tuhan. Lakukanlah hari ini, sebelum kita menjadi “pincang rohani” di tempat kerja, di sekolah, di rumah, ataupun dalam persahabatan dan dalam kehidupan rohani—sebelum kerusakan itu menjadi permanen.
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi dan pemeriksaan, untuk meminta bantuan dan belas kasihan.