SAUH BAGI JIWA
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat“
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat“
Abraham disebut bapa semua orang percaya, sebab Abraham sungguh percaya kepada Allah dan janji-Nya. Paling tidak, ada empat peristiwa yang menunjukkan betapa Abraham beriman kepada Allah.
Pertama, dia taat ketika Allah menyuruhnya meninggalkan negeri dan sanak saudaranya. Dia rela meninggalkan tanah kelahirannya, sanak keluarga dan kehidupannya yang nyaman di Ur-Kasdim, untuk pergi ke suatu tempat yang belum jelas. Dia juga percaya kepada janji Allah yang akan memberkatinya menjadi suatu bangsa yang besar.
Kedua, karena iman dia mau tinggal di tanah Kanaan yang asing dan sesuai janji Allah. Abraham percaya bahwa negeri ini akan menjadi milik pusaka keturunannya.
Ketiga, dia juga percaya kepada janji Allah yang akan memberikannya keturunan, walaupun pada waktu itu usianya telah lanjut dan rahim Sara telah tertutup.
Keempat, dia taat kepada Allah yang menghendaki agar Ishak, anaknya yang tunggal, dipersembahkan sebagai korban bakaran.
Iman kepercayaan Abraham sungguh luar biasa. Walaupun tidak ada dasar untuk percaya, namun dia percaya juga. Seperti Abraham percaya kepada firman dan janji Allah, kita pun harus percaya kepada firman dan janji Allah. Firman Allah itu ya dan amin. Jangan pernah meragukannya! Percayalah bahwa setiap janji-Nya pasti akan digenapi.
Salah satu cara agar kita dapat beriman kepada Allah adalah melalui firman-Nya. Roma 10:17 berkata bahwa iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Sebab melalui firman Allah yang tertuang di dalam Alkitab, kita dapat memahami sifat, kedaulatan dan kemahakuasaan Allah. Kita juga dapat melihat pekerjaan Allah dan bagaimana orang-orang kudus di masa lalu dilindungi dan dipelihara Allah. Semakin banyak kita membaca atau mendengar firman, kita akan semakin mengenal Allah. Dari sinilah iman kita bisa bertumbuh.
Tentu saja, agar dapat memiliki iman yang teguh diperlukan suatu proses. Abraham pun demikian. Awalnya dia sering mendengar firman Allah. Dari satu peristiwa ke peristiwa lain, Abraham juga mengalami bagaimana Allah memelihara dan menyertainya sehingga imannya terus bertumbuh hingga akhirnya Abraham dapat lulus dari ujian terberatnya, yaitu ketika harus mempersembahkan putra tunggalnya. Jadi, hal pertama yang dilakukannya adalah mendengar perkataan Allah dan taat. Abraham tidak pernah membantah; apapun yang diperintahkan Allah, ia lakukan.
Kerendahan hati untuk mendengar dan ketaatan untuk melakukan apapun yang diperintahkan Allah seperti Abraham inilah yang perlu kita teladani. Ketika sesuatu terjadi dalam kehidupan kita atau ketika Allah menghendaki kita untuk berbuat sesuatu, jangan membantah atau bersungut-sungut. Percaya saja bahwa apapun kehendak Allah dan apapun yang diizinkan Allah terjadi ke atas diri kita, semua itu untuk tujuan Allah yang baik.
Oleh karena imannya, Abraham diberkati Allah. Jika ingin hidup kita diberkati, kita harus memiliki iman yang baik. Yesus pernah berkata kepada murid-murid-Nya, “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Mat 17:20b). Asalkan ada iman, hal yang mustahil pun dapat terjadi.