SAUH BAGI JIWA
“Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus“
(Kisah Para Rasul 5:40-41)
“Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus“
(Kisah Para Rasul 5:40-41)
Sebagai pengikut Kristus, ada banyak hal yang membedakan antara kita dan orang-orang yang belum mengenal Dia. Kita pergi beribadah ke gereja pada hari Sabat sedangkan orang-orang lain melakukan aktivitasnya masing-masing, entah pergi jalan-jalan ke mal atau bekerja karena banyak jenis pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih besar pada hari Sabtu. Sebagai seorang Kristen, kita harus berperilaku yang mencerminkan Kristus di dalam hidup kita. Misalnya, kita harus berlaku jujur, walaupun menurut pandangan orang lain sikap demikian seringkali merugikan diri sendiri.
Di dalam Kisah Para Rasul pasal 5 diceritakan bahwa Petrus dan rasul-rasul lainnya dihadapkan ke Mahkamah Agama karena mereka mengadakan banyak tanda dan mujizat sehingga sejumlah besar orang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. Meskipun dilarang mengajar dalam nama Yesus, mereka tetap teguh ketika berdiri di depan Imam Besar, Mereka dengan tegas mengatakan bahwa mereka lebih taat kepada Allah daripada manusia (Kis 5:29). Akibatnya, para rasul disesah. Tetapi, sungguh mengherankan, mereka malah pergi dengan gembira ketika meninggalkan sidang tersebut.
Dalam Alkitab versi KJV, kata gembira yang dipakai adalah rejoice yang berarti suatu tindakan atau perasaan yang menunjukkan sukacita yang besar. Kata ini juga memiliki makna celebrating, yaitu merayakan. Kegembiraan yang dirasakan oleh para rasul merupakan aksi yang bisa dilihat atau dirasakan pula oleh orang lain. Dalam kehidupan kita sehari-hari, orang lain dapat merasakan atau melihat ketika kita bersukacita di dalam Tuhan, baik melalui tindakan dan perkataan kita, bagaimana kita mengandalkan Tuhan dalam menjalani kehidupan kita atau melakukan pelayanan.
Saat bergembira atau merayakan sesuatu, apakah kita sedang berada dalam tekanan dan merasa menderita? Bagaimana mungkin para rasul dapat bergembira di tengah penderitaan? Rasa gembira yang dirasakan para rasul bukanlah disebabkan kondisi atau lingkungan yang menyenangkan yang sedang mereka alami, tetapi berasal dari dalam. Mereka bersukacita karena boleh menderita demi nama Kristus. Sukacita itu adalah di dalam Tuhan (Flp 4:4) dan dikerjakan oleh Roh Kudus (1Tes 1:6). Di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus mengatakan bagaimana ia bersukacita di tengah penderitaan karena adanya kehadiran Tuhan dalam hidupnya melalui penyertaan Roh Kudus.
Saat ini, mungkin kita belum pernah mengalami penderitaan fisik seperti yang dialami oleh para rasul. Tetapi, apakah kita sudah mengeluh dan ingin hidup seperti orang-orang yang belum mengenal Yesus karena merasa mengikuti Tuhan itu sangat sulit dan dibatasi oleh banyak peraturan yang begitu mengekang diri kita? Atau, kita sudah merasakan sukacita di dalam Tuhan karena Roh Kudus yang bekerja di dalam diri kita? Jika ya, dapatkah orang lain merasakan atau melihat adanya sukacita yang kita rasakan ketika kita berada di dalam Tuhan? Marilah kita melatih diri agar tetap bisa bersukacita meskipun di dalam kesukaran dan penderitaan demi Kristus.