SAUH BAGI JIWA
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu“
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu“
Sungguh suatu teladan luar biasa, mengetahui bahwa sebagai kakek-nenek dan orangtua, kita dapat memberikan teladan iman yang baik kepada anak-anak kita. Sebagai orangtua, salah satu tujuan kita adalah membiarkan anak-anak kita melihat bahwa hubungan kita dengan Tuhan merupakan perkara terpenting dalam kehidupan kita.
Jika anak-anak kita dapat melihat iman kita yang sejati, itu akan memberikan pengaruh luar biasa pada perkembangan kerohanian mereka. Biarkan Tuhan dilibatkan dalam percakapan dan masalah-masalah keluarga dengan cara yang amat wajar sehingga anak-anak kita dapat mengenal Tuhan sebagai milik mereka sendiri.
Telah dikatakan bahwa cara terbaik untuk mempengaruhi kehidupan orang lain adalah dengan menerapkan apa yang diajarkan. Sekalipun sebelum memiliki anak kita mungkin telah mengabaikan iman kita, belum terlambat untuk memulainya sekarang.
Yesus menceritakan perumpamaan tentang membangun dasar di atas batu karang. Ketika banjir dan angin datang, batu karang tetap berdiri teguh. Dasar seperti apa yang telah kita letakkan bagi anak-anak kita? Apakah kita memiliki waktu membaca Alkitab bersama keluarga? Apakah kita berdoa bersama-sama setiap pagi dan sebelum pergi tidur? Apakah kita memanfaatkan saat-saat yang tepat untuk mengajar?
Contohnya, dalam situasi apa pun, kita dapat mengatakan bahwa Tuhanlah jalan keluarnya: “Tuhan menolong kita sewaktu kita mendoakan….” “Wah, Tuhan sungguh mengherankan, Dia menjaga kita selama….” “Lihatlah semua makanan lezat yang kita punya sekarang, semua ini adalah kebaikan Tuhan….” “Kadang-kadang, Papa dan Mama tidak bisa menemanimu di sekolah atau di mana pun, tetapi Tuhan selalu siap membimbing begitu kau memanggil-Nya.” Demikianlah, doa demi doa yang diekspresikan dengan kejujuran dan kerendahan-hati di dalam kehidupan kita sehari-hari akan menjadi teladan tersendiri bagi sang anak.
Suatu hari, di dalam mobil putra saya berkata, “Ma, puji Tuhan kita punya Tuhan yang dapat menjadi sandaran bagi kita. Dia lebih besar dari segalanya, bukan?” Sungguh merupakan suatu berkat bila tahu bahwa kita membangun warisan yang kekal. Dunia yang kita diami ini begitu menggiurkan dan memikat, siapa yang tahu berapa lama anak-anak kita dapat aman terlindung di bawah naungan kita? Namun, fondasi iman yang ia bangun dalam dirinya sendiri kelak akan menjadikannya kokoh dan teguh berdiri di tengah-tengah arus dunia yang demikian deras.