SAUH BAGI JIWA
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu“
(Amsal 29:17)
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu“
(Amsal 29:17)
Seorang teman dekat saya menceritakan bahwa orangtuanya selalu menjawab “Tidak” tanpa memberikan alasan. Ia menceritakan bagaimana ia melewati masa-masa remajanya dengan pertentangan terhadap keputusan orangtuanya yang demikian. Bagaimana kita dapat membina sebuah hubungan yang baik antara orangtua dengan anak?
Ketika anak mempertanyakan tentang sebuah peraturan, alih-alih berkata, “Karena aku bilang begitu,” jelaskan alasan-alasan di baliknya. Para remaja ingin tahu alasan-alasan di balik peraturan-peraturan sebelum mereka mengikutinya. Kalau tidak, itu bisa memicu pemberontakan.
Selalulah ada di sisi mereka dan mengatakan betapa Anda mengasihi mereka. Jangan beranggapan bahwa mereka mengetahuinya. Kalau mereka memperoleh semua kasih yang mereka perlukan dari kita, mereka tidak akan berpaling pada dunia untuk memuaskan kebutuhan mereka. Jika sejak dini, kita sudah menyediakan waktu untuk berdoa bersama mereka setiap hari, maka hal ini juga harus diteruskan ketika mereka melangkah memasuki masa remaja.
Orang-orang muda memiliki hasrat terhadap tanggung jawab. Itu merupakan tanda bahwa mereka mulai dewasa. Beri mereka lebih banyak kesempatan untuk memutuskan apa yang ingin mereka lakukan di waktu luang. Mulailah dengan keputusan-keputusan kecil. Lihat bagaimana mereka memutuskan, dan apa yang mereka pilih. Begitu mereka menunjukkan bahwa mereka setia dalam perkara-perkara kecil, misalnya pergi dengan teman-teman dan pulang ke rumah pada waktunya, kita bisa mengizinkan mereka menentukan pilihan-pilihan yang lebih besar. Seorang orangtua memberitahu saya bahwa anak-anak remaja mereka selalu pulang pada waktunya karena mereka sudah belajar menghormati orangtua dan belajar bertanggung jawab sejak usia muda.
Salah satu tugas terberat ialah mengajari anak-anak remaja kita bagaimana menentukan pilihan-pilihan yang bijak. Dengarkan apa yang ingin mereka katakan setelah mengambil pilihan yang buruk. Tanyalah, “Kalau kau menghadapi lagi situasi serupa, akankah melakukan hal yang sama? Mengapa ya atau mengapa tidak?” Beri mereka nasihat yang bijak. Bahas dan bicarakan masalah-masalah itu supaya selanjutnya mereka dapat menentukan pilihan-pilihan yang lebih baik dalam kehidupan mereka.
Pergumulan terberat sebagai orangtua ialah menentukan keputusan-keputusan macam apa yang boleh mereka ambil. Contohnya, mari kita lihat masalah pacaran pada usia dini. Kebanyakan orangtua sepakat bahwa mereka masih terlalu muda atau belum cukup dewasa. Kita harus memberitahu mereka kapan waktu yang tepat untuk pacaran dan mengapa kita ingin agar mereka menahan diri dari pacaran. Ketika kita melihat mereka bertumbuh dengan cara yang dewasa dan penuh tanggung jawab, maka di akhir masa remaja mereka, kita bisa membiarkan mereka menentukan hampir semua keputusan tentang hidup mereka.