SAUH BAGI JIWA
Ciri-ciri orang pemalas adalah sebagai berikut: hatinya penuh dengan keinginan, cita-cita, rencana, namun ia sama sekali tidak mau melakukan apa-apa untuk mewujudkan harapannya. Seperti halnya seorang yang ingin mendapatkan seekor ikan, tetapi hanya menunggu di tepi sungai saja. Buatlah jaring terlebih dahulu jika ingin menangkap ikan. Percuma saja jika kita memiliki niat, namun tidak ingin berkorban waktu dan tenaga untuk melakukan niat tersebut.
Dalam kehidupan keluarga juga demikian, jika kita menginginkan anak mempunyai iman kepercayaan yang baik, maka sudah seharusnya kita membimbing mereka melalui doa bersama, mengajarkan mereka cara membaca alkitab serta menunjukkan teladan dari kehidupan kita sendiri. Orangtua memiliki tanggung-jawab di dalam membina iman anak-anaknya. Jikalau orangtua merasa letih dan malas dalam meluangkan waktu dan tenaga untuk mengajari dan membimbing dalam iman, tentunya iman si anak juga tidak akan bertumbuh dengan baik.
Kitab Amsal 10:4 menuliskan, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” Pernyataan tersebut benar secara jasmani dan rohani. Keberhasilan tentunya memerlukan kerja keras. Dalam hal rohani, seseorang yang menginginkan pengharapan surgawi harus dengan rajin dan tekun melakukan firman Tuhan serta menaati perintah-Nya.
Kemudian, kitab Amsal mencatatkan pula, “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga” (Ams 12:27). Cukup menarik, dalam versi bahasa Inggris dikatakan bahwa “orang malas tidak mau memanggang apa yang sudah ditangkapnya.” Artinya, orang malas bukan hanya tidak ingin bersusah-susah untuk menangkap buruan, melainkan enggan untuk memasak atau mengolah tangkapan yang sudah didapatnya. Bisa jadi, ia membiarkan tangkapan yang sudah diperoleh lepas begitu saja karena ia malas untuk menjaganya. Dengan demikian, ia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Sama halnya, pada hari ini kitab Amsal 12:27 memperingatkan kepada kita bahwa kemalasan rohani dapat juga terjadi dalam kehidupan pribadi. Terutama dalam mengusahakan talenta, kemampuan, kelebihan yang Tuhan sudah berikan kepada kita dengan cuma-cuma. Kemalasan secara rohani membuat kita enggan untuk mengembangkan kemampuan tersebut atau bahkan malas untuk menggalinya serta mengusahakannya lebih jauh. Seringkali malahan kita mengabaikan dan membiarkan kemampuan tersebut berlalu waktu demi waktu, tanpa ada keinginan sedikitpun untuk mengusahakannya bagi pelayanan Tuhan—meskipun kita tahu bahwa sesungguhnya kita bisa dan memiliki kelebihan khusus di bidang tersebut. Kiranya pengajaran firman Tuhan dapat menjadi nasehat bagi kita untuk menjauhkan diri dari dosa kemalasan.