SAUH BAGI JIWA
“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia“
(Amsal 13:4)
“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia“
(Amsal 13:4)
Ketika kita malas secara rohani, hal ini menjadi hambatan dalam hubungan kita dengan Tuhan. Rasa malas membuat seseorang menunda-nunda melakukan sesuatu pekerjaan dan mencari-cari berbagai macam alasan untuk tidak melakukannya.
Kitab Amsal pernah menggambarkan hal berikut tentang si pemalas, “Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan” (Ams. 22:13). “Tengah jalan” disini maksudnya adalah jalan-jalan di kota (Bahasa Inggris: streets). Pernyataan si pemalas sebenarnya agak aneh dan berlawanan. Singa umumnya berada di luar kota, wilayah alam terbuka yang tidak dihuni dan didiami masyarakat—seperti pada pernyataan si pemalas sendiri “ada singa di luar.” Namun, justru ia berkata “aku akan dibunuh di tengah jalan (dalam kota oleh si singa).” Dengan kata lain, orang tersebut sesungguhnya sedang mencari-cari alasan. Ia lebih memilih untuk tinggal diam di tempatnya ketimbang harus keluar.
Bagaimanakah wujud kemalasan dari kehidupan kita sehari-hari? Saat seseorang meminta bantuan kepada kita, secara spontan kita menolak dengan berbagai macam alasan. Umumnya, saat menolak, tidak ada orang yang mau mengakui langsung, “Oh, saya tidak mau bantu Anda karena saya malas.” Biasanya orang-orang pasti akan mencari berbagai macam alasan untuk mengelak.
Bahkan ada orang-orang yang sengaja untuk menunda sesuatu hal karena mereka berpikir masih akan ada esok hari. Selama masih diberikan kesempatan, seharusnya kita gunakan sebaik-baiknya hari yang masih tersisa. Sebab kita sama sekali tidak tahu apakah kita masih diberikan kesempatan untuk hidup esok hari atau tidak. Selama kita masih diberikan kesehatan, marilah kita bergiat bersama-sama lakukan pekerjaan untuk Tuhan.
Suatu kali saya menjenguk seorang jemaat yang sedang sakit. Ia berkata dan berjanji dengan sungguh-sungguh di depan saya, “Pendeta, jika Tuhan Yesus mengijinkan saya untuk sembuh, maka saya akan berusaha sebaik-baiknya untuk mengasihi Tuhan dan manusia mulai dari sekarang.” Ia mempunyai kesungguhan dan ketulusan dalam pernyataannya. Tetapi pada akhirnya, ia dipanggil Tuhan. Sungguh kasihan, ternyata ia tidak memiliki kesempatan lagi.
Oleh karena itu, selama kita masih diberikan kesehatan, inilah kesempatan bagi kita. Selama kita masih diberikan kekuatan, tenaga, waktu, marilah bersama-sama lakukan pekerjaan bagi Tuhan hari ini.