SAUH BAGI JIWA
“Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya“
(Amsal 26:15)
“Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya“
(Amsal 26:15)
Di era yang serba kompetitif, rasanya kemalasan sudah merupakan budaya yang ketinggalan zaman. Sebab, jika kita masih bermalas-malasan, dengan sendirinya akan gagal. Namun, kehidupan kita terdiri dari dua sisi: kehidupan jasmani dan kehidupan rohani. Kemalasan secara jasmani dapat mengakibatkan seseorang jatuh sakit, menjadi melarat, ataupun gagal dalam pekerjaan dan usaha. Kemalasan secara rohani, akan berakibat fatal bagi keselamatan kita.
Mungkinkah seseorang yang rajin secara jasmani dalam pekerjaannya, tetapi malas dalam kehidupan rohani? Sangat mungkin. Seseorang yang begitu rajin bekerja keras mencari uang, bisa saja mengabaikan kehidupan ibadahnya kepada Tuhan.
Hal sebaliknya, rajin secara rohani tetapi malas dalam pekerjaannya di dunia? Mungkin jarang terjadi tetapi tidak menutup kemungkinan, yaitu seseorang selalu mementingkan ibadah tetapi keluarga, pekerjaan rumah, ataupun pekerjaan kantor terabaikan.
Sama halnya seperti orang Farisi yang pernah ditegur keras oleh Tuhan Yesus. Mereka beranggapan bahwa saat uang yang mereka miliki untuk memelihara orangtua sudah dipersembahkan kepada Tuhan, maka ia tidak wajib lagi untuk menghormati orangtuanya (Mat 15:5-6). Rajin untuk Tuhan tetapi malas untuk menghormati orangtua? Di mata Tuhan Yesus, ini justru adalah perbuatan munafik, sama sekali tidak mengerti ajaran Tuhan.
Rajin dalam kehidupan rohani, dengan sendirinya akan mendorong kerajinan pada kehidupan jasmani kita. Kemalasan jasmani dan rohani dengan sendirinya akan menjerumuskan diri kita kepada kehidupan yang lebih pasif, sama sekali tidak ada motivasi dalam hidup.
Sang penulis Amsal mengingatkan, “Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar” (Ams 19:15). Maksud dari ayat ini adalah kemalasan dapat menyebabkan orang tertidur dan enggan untuk bekerja. Itulah sebabnya pepatah mengatakan “orang yang bangun lebih awal akan mengumpulkan lebih banyak, sedangkan orang yang bangun kesiangan tidak mendapat apa-apa.” Pemalas yang tertidur menunjukkan sikap yang tidak memiliki tanggung-jawab, tidak ada motivasi maupun arah tujuan hidup. Sama halnya, orang yang malas secara rohani, kehidupan rohaninya-pun akan tertidur juga.
Menurut sang penulis Amsal, sang pemalas terus berputar di tempat tidurnya seperti engsel pintu (Ams 26:14). Artinya, selalu berguling, bolak-balik, seperti engsel dengan daun pintu, tidak pernah lepas dari tempat tidurnya, malas untuk membangunkan diri. Dalam hidup-Nya, Tuhan Yesus telah memberikan teladan, yaitu bangun pagi-pagi benar untuk berdoa. Secara rohani Ia selalu waspada. Jika tidak memiliki semangat rohani, maka diri kita akan merasa malas untuk berlutut berdoa. Ketika kita menjaga kesehatan tubuh, waktu tidur yang cukup, maka pada saat bangun pagi-pun, tubuh terasa fit untuk dapat berdoa.
Injil Matius pasal 25 mencatatkan perumpamaan lima gadis bijak dan lima gadis bodoh. Kesepuluh gadis tersebut ingin menyongsong mempelai laki-laki. Tetapi kelima gadis bodoh tidak mempersiapkan minyak yang cukup sehingga pelita mereka hampir padam saat mempelai tiba.
Bagaikan lima gadis bodoh, jika kita tidak waspada dan berjaga-jaga secara rohani, membiarkan rohani kita tertidur pulas, maka ketika Tuhan Yesus datang kembali untuk yang kedua kalinya, kita sama sekali tidak siap dan pintu Kerajaan Sorga tidak akan dibukakan bagi kita. Demikianlah akibat yang mengerikan dari kemalasan rohani.