SAUH BAGI JIWA
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia“
(Roma 8:28)
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia“
(Roma 8:28)
Sungguh menjengkelkan rasanya, ketika rencana demi rencana yang sudah kita rancang dalam kehidupan, hancur berantakan menjadi kacau.
Itulah persis seperti yang dialami oleh Maria dan Yusuf. Mungkinkah keadaan menjadi lebih buruk bagi mereka? Saat Maria sedang hamil tua, tiba-tiba ada sensus penduduk yang mau tidak mau harus ditaati (Luk 2:1-5) dan mereka harus meninggalkan Nazaret dengan menunggang keledai selama beberapa hari.
Mengapa Tuhan tidak merencanakannya sehingga sensus dilakukan tepat setelah kelahiran? Para orangtua umumnya merencanakan persalinan senyaman mungkin; mulai dari tanggal, rumah sakit, pakaian bayi dan sebagainya. Tetapi Maria dan Yusuf tidak dapat bertindak sesuai dengan rancangan apa pun yang telah mereka rencanakan.
Setibanya di Betlehem, akomodasi terbaik yang tersedia adalah palungan. Tidak bisakah Tuhan membuatnya lebih mudah bagi mereka? Ini benar-benar membuat rencana mereka jadi kacau.
Lebih buruk lagi, mereka tidak dapat kembali ke Nazaret karena Herodes berencana untuk membunuh bayi raja orang Yahudi ini, sehingga ketika malaikat memberi peringatan, mereka harus melarikan diri ke Mesir pada malam hari. Benar-benar kacau! Setiap pasangan tentu menginginkan tempat tinggal yang nyaman untuk bayinya. Tetapi sekali lagi, rencana itu harus diubah dan mereka tinggal di negeri asing.
Tampaknya, Tuhan tidak merencanakan dengan baik. Namun, sesungguhnya pelarian Yusuf ke Mesir dan kembali adalah bagian dari rencana dan nubuatan Tuhan (Mat 2:15). Dalam setiap langkah hidupnya, Yusuf dan keluarganya dibimbing oleh Tuhan.
Selain itu, mereka perlu belajar bagaimana menangani anak istimewa itu dengan banyak keadaan khusus di sekitar-Nya. Misalnya, mereka dengan panik harus bergegas kembali untuk menemukan Yesus ketika Dia tertinggal di belakang pada hari perayaan Paskah.
Ketika mereka menemukan-Nya, Dia tampak acuh tak acuh dan berbicara hal-hal yang tidak dapat dipahami, seperti “berada dalam rumah Bapa?”
Ketika Yesus tumbuh dewasa, Tuhan tahu bahwa Maria akan turut merasakan penderitaan dan rasa sakit yang akan dialami oleh Yesus. Simeon sudah memberi tahu Maria bahwa pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:35). Tentu hal itu adalah peringatan yang sangat mengganggu.
Bayangkan bagaimana perasaan Maria sebagai seorang ibu. Dia adalah seorang saksi mata ketika Yesus dicambuk, diejek, disalibkan. Apakah Tuhan memainkan lelucon yang kejam padanya? Setelah tiga puluh tiga tahun memiliki keterikatan emosional, Maria harus menyaksikan anaknya meninggal dalam kematian yang menyiksa. Apakah Anda bersedia untuk menerima kehendak Tuhan dalam hidup Anda? Bahkan ketika Anda telah diperingatkan bahwa tidak akan ada “bunga mawar” di dalamnya?
Jika Maria dan Yusuf menolak untuk memikul tanggung jawab atas diri Yesus, apakah rencana Tuhan akan digagalkan? Tentu tidak. Kita dapat memilih untuk tidak taat, tetapi kehendak Tuhan tetap akan berjalan dan tidak bergantung pada kehendak kita. Jika kita memilih untuk menuruti kehendak Tuhan, itu sebenarnya untuk kebaikan diri kita sendiri.
Kita mungkin menganggap kekacauan rencana kita sebagai malapetaka, tetapi jika kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, hal-hal yang belum diketahui akan menjadi “petualangan” tersendiri. Beberapa orang tidak berkeberatan mengikuti Tuhan, asalkan ada peta dan jalur yang jelas. Tetapi Tuhan ingin Anda memegang tangan-Nya; dengan begitu Anda tidak memerlukan peta. Mengapa? Karena Tuhan tahu masa depan dan tahu apa yang Dia lakukan.