SAUH BAGI JIWA
“Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu“
(Mazmur 119:6)
“Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu“
(Mazmur 119:6)
Terkadang kita merasa frustasi atau bingung, karena sepertinya Tuhan sedang mengacaukan rencana kita. Tetapi apa tujuan Dia mengacaukannya? Dan bagaimana seharusnya kita bereaksi?
Ketika Maria dan Yusuf bertunangan dan membuat rencana untuk pernikahan mereka, seluruh rencana mereka tiba-tiba menjadi kacau. Seorang anak di luar nikah adalah hal yang tabu pada saat itu, tetapi Maria justru ditemukan mengandung anak sebelum hari pernikahannya. Mereka bahkan tidak bisa berbulan madu.
Ketika Dia mengacaukan rencana mereka, Tuhan tidak berkonsultasi dengan mereka sebelumnya. Yusuf panik dan bahkan berniat untuk membatalkan pernikahan pada awalnya. Dari mana anak ini berasal?
Ketika Maria diberitahu oleh seorang malaikat, tidak ada ruang bagi Maria untuk berkeberatan. Jadi Tuhan berdaulat. Dia memiliki hak untuk merencanakan apa yang Dia inginkan dalam hidup kita. Dia tidak perlu merasa tidak enak atau malu oleh karena Dia tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan pasangan Maria; bahkan nama anak itu sudah diputuskan! Benarkah Tuhan kita adalah Tuhan yang mengacaukan?
Terlepas dari pergantian peristiwa yang dramatis itu, kepatuhan pasangan tersebut mengagumkan. Maria hanya bingung dan bertanya, “Bagaimana bisa?” Malaikat itu menjelaskan bahwa kekuatan Tuhan akan selalu menyertainya dan tidak ada tanda-tanda berkeberatan dari Maria. “Terjadilah menurut kehendakmu”, katanya, sambil menyadari bahwa dia hanyalah seorang pelayan dan tidak ada yang bisa dia lakukan selain dengan senang hati menaati kehendak Tuhan (Luk 1:38).
Dia tidak hanya taat tetapi juga senang melakukannya, mengungkapkan kegembiraannya dalam pujian kepada Allah ketika dia mengunjungi sepupunya (Luk 1:46-55). Dia menerima tugas itu sebagai kemuliaan dan kehormatan bagi Tuhan.
Di sisi lain, Yusuf awalnya panik, tetapi ketika Tuhan memerintahkannya untuk mengambil Maria sebagai istri dan membesarkan anaknya, dia pun bertindak sesuai dengan perintah-Nya.
Rencana Maria dan Yusuf tidaklah mudah; masih ada lagi yang akan datang. Maria mungkin akan dipandang sebagai wanita yang bebas dalam pergaulan. Siapakah yang akan mempercayai ceritanya, bahwa putranya dikandung oleh Roh Kudus? Dia juga harus segera menikahi Yusuf untuk menyelamatkannya dari stigma melahirkan anak di luar nikah. Ketika Yusuf menikahinya, dia tidak boleh menyentuhnya sampai sembilan bulan setelah Yesus lahir (Mat 1:25). Pasangan pengantin baru mana yang berniat untuk menyempurnakan pernikahan mereka sembilan bulan setelah pernikahan? Namun ini semua adalah bagian dari rencana Tuhan yang luar biasa.
Yesus berkata bahwa kita perlu dipimpin oleh roh. Angin bertiup ke mana ia mau dan kita tidak tahu dari mana asalnya atau ke mana perginya; demikianlah orang yang lahir dari roh. Seseorang dari roh tidak mengetahui rencana perjalanannya sendiri tetapi pergi ke mana pun roh itu memimpin. Apakah kita bersedia membiarkan Tuhan membimbing dengan tangan-Nya tanpa lampu atau peta? Bahkan ketika kita diperingatkan bahwa jalan itu tidak akan mudah, akankah kita menapaki jalan kebenaran-Nya?
Mazmur 23 sering dianggap sebagai mazmur yang menghibur. Kita mungkin tidak keberatan dibimbing “di jalan kebenaran,” tetapi apakah kita tetap tidak keberatan ketika kita menyadari bahwa jalan ini melalui lembah kekelaman, bahwa banyak dari rencana kita akan “kacau”? Marilah kita saling mengingatkan bahwa tongkat-Nya akan menghibur kita. Dan ketika kita memilih jalan kebenaran, Tuhan tidak akan mempermalukan kita.