SAUH BAGI JIWA
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu.” (Yohanes 15:15)
Bacaan: Kejadian 18:16-33
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu.” (Yohanes 15:15)
Bacaan: Kejadian 18:16-33
Setelah selesai makan dan minum, ketiga orang tamu yang datang dari surga berangkat ke arah Sodom bersama dengan Abraham. Pada waktu itu, Allah berfirman: “Perbuatan yang akan Aku lakukan, bagaimana Aku menyembunyikannya dari Abraham?” Akhirnya, Allah memutuskan untuk memberitahukan kepada Abraham tujuan perjalanan mereka.
Berdasarkan perikop tersebut, kita tahu dengan jelas Allah menyebut Abraham sebagai sahabat dan akan menggenapi segala rencana-Nya atas diri Abraham (Kej 18:18-19). Apabila kita dapat meneladani iman Abraham yang dengan tulus percaya kepada firman-Nya, kita akan menikmati keakraban dengan Allah (Yoh 15:14-15).
Allah berfirman kepada Abraham: “Sodom dan Gomora sesungguhnya sangat berat dosanya, baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh-kesah orang yang telah sampai kepadaKu atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.” Allah adalah Maha Mengetahui. Dari surga Ia bisa melihat semuanya. Jika demikian, mengapa Allah perlu turun untuk melihat? Ini menunjukkan Dia adalah Allah yang adil. Ia memeriksa dengan jelas agar manusia tidak bisa mengelak di depan takhta penghakiman-Nya. Selain itu, tindakan ini juga menunjukkan kasih-Nya. Allah bukanlah manusia yang seringkali terburu-buru dalam mengambil keputusan. Kita sungguh berbahagia memiliki Allah yang dapat dipercaya sebagai sandaran kita.
Setelah Abraham mendengar hal itu, ia mengetahui Lot tinggal di Sodom, Ia mengasihi Lot dan keluarganya. Ia berdiri di hadapan Allah untuk memohon bagi mereka. Doanya sungguh mengharukan. Abraham berkata: “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?” Abraham mengenal Allah dengan baik dan mengimani keadilan-Nya. Karena itu, Abraham memohon kepada Allah demi keselamatan Lot dan orang-orang benar di Sodom. Dengan rendah hati ia berkata: “Sekalipun aku adalah debu dan abu, aku masih berani berbicara.” Abraham memohon dengan rendah hati sehingga Tuhan mendengar doanya. Janganlah kita berdoa seperti orang Farisi yang menonjolkan kebenaran diri sendiri dan menyatakan kesalahan orang lain (Luk 18:9-12).
Abraham juga berdoa dengan tekun. Artinya, permohonan itu tidak dilakukan dengan asal-asalan dan dalam waktu sekejap. Abraham mulai dengan permohonan agar lima puluh orang benar diselamatkan, terus-menerus bernegosiasi dengan Allah hingga menjadi sepuluh orang benar. Abraham melakukannya dengan tulus hati. Sikap ini menunjukkan iman dan kasih Abraham. Mungkin kita berdoa di hadapan Tuhan hanya sekali atau dua kali saja. Bahkan, kita seringkali lupa apa yang baru saja kita doakan. Marilah kita memperbaiki sikap doa kita. Kita harus berdoa kepada Allah dengan tekun dan rendah hati, serta penuh ucapan syukur.