SAUH BAGI JIWA
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia” (Kolose 2:6)
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia” (Kolose 2:6)
“Kasih karunia” adalah suatu ungkapan yang tidak asing lagi dalam kehidupan kekristenan. Ungkapan tersebut merujuk pada kasih Tuhan yang telah Ia berikan kepada kita, meskipun kita telah melakukan pelanggaran dihadapan-Nya. Kita seringkali memberontak pada perintah Tuhan, enggan untuk menuruti nasehat-Nya dan acapkali menjauh daripada-Nya, lebih menuruti keinginan daging kita. Namun, Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengasih, sehingga Ia rela memberikan kasih karunia-Nya kepada kita agar kita dapat dekat kembali bersama-Nya.
Penulis surat Efesus mengingatkan kepada para pembaca bahwa dahulu, kita telah hidup dalam pelanggaran dan dosa—melalui perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dengan mengikuti jalan dunia serta menuruti keinginan daging, hawa nafsu kedagingan dan pikiran yang jahat (Ef 2:1-3).
Padahal Tuhan sudah memelihara dan menyediakan segala kebutuhan kita sedemikian rupa dengan penuh kasih sayang. Jumlah rambut kepala kita pun terhitung semuanya, bahkan penulis Injil Matius menekankan bahwa kita lebih bernilai daripada burung pipit di udara—yang tanpa persetujuan kehendak Bapa, tidak akan jatuh ke tanah.
Selain itu, nabi Yesaya dalam kitabnya, menekankan bahwa Tuhan begitu mengasihi umat-Nya karena umat-Nya begitu berharga dan mulia di mata-Nya. Meskipun demikian, tanpa sadar kita membuat sedih dan menyakiti hati-Nya dengan pelanggaran dan dosa. Penulis Injil Lukas menggambarkan kesedihan Tuhan bagaikan induk ayam yang begitu rindu mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi mereka tidak mau.
Demi kita, Tuhan Yesus rela untuk mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia, bahkan sampai mati di kayu salib. Oleh karena itu, kita dapat beroleh keselamatan dan dihidupkan kembali bersama-sama dengan Kristus dari kematian akan kesalahan-kesalahan kita. Pada kesempatan itulah, Tuhan menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya dan kebaikan-Nya yang berlimpah.
Maka, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, rasul Paulus mengingatkan kepada para pembaca bahwa janganlah kita memegahkan diri karena sudah diselamatkan. Sebab, keselamatan yang kita peroleh dalam iman bukanlah hasil usaha ataupun hasil pekerjaan kita sendiri; melainkan karena kasih karunia Tuhan—pemberian dari Allah (Ef. 2:8-9).
Setelah menyadari kasih karunia-Nya bagi kita, rasul Paulus melanjutkan, sudah sepatutnya kita melakukan pekerjaan baik di dalam Yesus Kristus. Menurut Perjanjian Baru, perbuatan yang baik bukan sekedar menaati Sepuluh Perintah Allah, melainkan juga berkomitmen untuk membedakan manakah kehendak Allah dan yang berkenan kepada Allah.
Perbuatan baik atas kesadaran yang kita miliki terhadap kasih karunia Tuhan dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata melalui perbuatan-perbuatan yang terlihat sepele namun berkenan di hadapan-Nya, seperti halnya: komitmen untuk menaati kebenaran dalam firman-Nya, senantiasa berdoa memohon bimbingan Tuhan untuk menyelaraskan jalan hidup kita agar sesuai dengan kehendak dan tujuan yang sudah Ia persiapkan bagi diri kita, saling memperhatikan pertumbuhan iman kerohanian saudara/i seiman ataupun memperhatikan kebersihan lingkungan gereja, dan melakukan kebaikan demi kebaikan kepada orang-orang yang belum mengenal Allah dan kebenaran-Nya baik di tempat kerja atau sekolah ataupun di rumah agar mereka dapat menyadari sendiri kasih karunia Allah melalui perbuatan kita.
SAUH BAGI JIWA
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia” (Kolose 2:6)
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia” (Kolose 2:6)
“Kasih karunia” adalah suatu ungkapan yang tidak asing lagi dalam kehidupan kekristenan. Ungkapan tersebut merujuk pada kasih Tuhan yang telah Ia berikan kepada kita, meskipun kita telah melakukan pelanggaran dihadapan-Nya. Kita seringkali memberontak pada perintah Tuhan, enggan untuk menuruti nasehat-Nya dan acapkali menjauh daripada-Nya, lebih menuruti keinginan daging kita. Namun, Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengasih, sehingga Ia rela memberikan kasih karunia-Nya kepada kita agar kita dapat dekat kembali bersama-Nya.
Penulis surat Efesus mengingatkan kepada para pembaca bahwa dahulu, kita telah hidup dalam pelanggaran dan dosa—melalui perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dengan mengikuti jalan dunia serta menuruti keinginan daging, hawa nafsu kedagingan dan pikiran yang jahat (Ef 2:1-3).
Padahal Tuhan sudah memelihara dan menyediakan segala kebutuhan kita sedemikian rupa dengan penuh kasih sayang. Jumlah rambut kepala kita pun terhitung semuanya, bahkan penulis Injil Matius menekankan bahwa kita lebih bernilai daripada burung pipit di udara—yang tanpa persetujuan kehendak Bapa, tidak akan jatuh ke tanah.
Selain itu, nabi Yesaya dalam kitabnya, menekankan bahwa Tuhan begitu mengasihi umat-Nya karena umat-Nya begitu berharga dan mulia di mata-Nya. Meskipun demikian, tanpa sadar kita membuat sedih dan menyakiti hati-Nya dengan pelanggaran dan dosa. Penulis Injil Lukas menggambarkan kesedihan Tuhan bagaikan induk ayam yang begitu rindu mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi mereka tidak mau.
Demi kita, Tuhan Yesus rela untuk mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia, bahkan sampai mati di kayu salib. Oleh karena itu, kita dapat beroleh keselamatan dan dihidupkan kembali bersama-sama dengan Kristus dari kematian akan kesalahan-kesalahan kita. Pada kesempatan itulah, Tuhan menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya dan kebaikan-Nya yang berlimpah.
Maka, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, rasul Paulus mengingatkan kepada para pembaca bahwa janganlah kita memegahkan diri karena sudah diselamatkan. Sebab, keselamatan yang kita peroleh dalam iman bukanlah hasil usaha ataupun hasil pekerjaan kita sendiri; melainkan karena kasih karunia Tuhan—pemberian dari Allah (Ef. 2:8-9).
Setelah menyadari kasih karunia-Nya bagi kita, rasul Paulus melanjutkan, sudah sepatutnya kita melakukan pekerjaan baik di dalam Yesus Kristus. Menurut Perjanjian Baru, perbuatan yang baik bukan sekedar menaati Sepuluh Perintah Allah, melainkan juga berkomitmen untuk membedakan manakah kehendak Allah dan yang berkenan kepada Allah.
Perbuatan baik atas kesadaran yang kita miliki terhadap kasih karunia Tuhan dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata melalui perbuatan-perbuatan yang terlihat sepele namun berkenan di hadapan-Nya, seperti halnya: komitmen untuk menaati kebenaran dalam firman-Nya, senantiasa berdoa memohon bimbingan Tuhan untuk menyelaraskan jalan hidup kita agar sesuai dengan kehendak dan tujuan yang sudah Ia persiapkan bagi diri kita, saling memperhatikan pertumbuhan iman kerohanian saudara/i seiman ataupun memperhatikan kebersihan lingkungan gereja, dan melakukan kebaikan demi kebaikan kepada orang-orang yang belum mengenal Allah dan kebenaran-Nya baik di tempat kerja atau sekolah ataupun di rumah agar mereka dapat menyadari sendiri kasih karunia Allah melalui perbuatan kita.