SAUH BAGI JIWA
“Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu” (Yesaya 2:11).
“Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu” (Yesaya 2:11).
Atas berkat Tuhan, keturunan Nuh pun bertambah jumlahnya. Mereka pindah ke arah Timur dan sampai ke dataran Sinear. Pada awalnya, mereka hanya memiliki satu bahasa, dapat saling berkomunikasi pemikiran dan pendapat mereka. Namun, saat mereka berada di dataran Sinear, mereka membahas rencana untuk membangun sebuah kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit.
Mereka bersedia untuk bekerja keras membangun kota dan menara dengan dua tujuan:
Pertama, Mereka ingin membuktikan pada diri mereka sendiri bahwa persatuan mendatangkan kekuatan. Kota dan menara ini akan menghubungkan mereka bersama sehingga mereka bertambah kuat. Dengan demikian, mereka tidak perlu tersebar ke seluruh bumi, bahkan mereka sama sekali tidak perlu mengandalkan Tuhan lagi.
Kedua, Mereka bertekad untuk membuat diri mereka sendiri menjadi terkenal. “Marilah kita cari nama,” mereka menegaskan (Kej 11:4). Mereka ingin diakui oleh orang lain dan dihormati oleh dunia. Menara yang mereka bangun adalah monumen yang memperlihatkan kemampuan, keberanian, bakat serta sumber daya yang mereka miliki. Padahal seluruhnya adalah berkat pemberian yang telah Tuhan berikan kepada keturunan Nuh. Keinginan mereka untuk mencari nama menunjukkan bahwa mereka tidak memahami kehendak Tuhan. Dengan penuh keangkuhan dan kesombongan, mereka menolak untuk berpencar ke seluruh bumi dan berpikir bahwa mereka mampu menguasai segala yang mereka miliki tanpa campur tangan Tuhan.
Pada akhirnya, Tuhan turut campur tangan. Ia mengacau-balaukan bahasa mereka dan menyerakkan mereka ke berbagai tempat di seluruh bumi serta menghentikan pembangunan menara Babel. Dengan demikian, kehendak-Nya tergenapi dan umat manusia pun terserak. Melalui campur tangan-Nya, Tuhan ingin agar manusia sungguh-sungguh dapat memahami bahwa keangkuhan manusia di dalam mengandalkan dirinya serta materi miliknya tidak akan pernah dapat menggantikan Tuhan. Hanya dengan menaati Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, barulah kita akan mendapat kekekalan.
Kisah menara Babel merupakan peringatan bagi kita. Pada hari ini, begitu banyak orang yang membangun kembali “menara Babel” dalam kehidupan pribadi mereka masing-masing, mencari ketenaran pribadi. Sebagai pengikut Kristus, hendaknya kita selalu waspada dan bertekad untuk memikul salib, senantiasa melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati. Saat manusia, dengan keangkuhannya membanggakan hasil yang telah dicapainya; hasilnya tidak lain adalah perpecahan, kekacauan serta kesalah-pahaman antar sesama.
Meskipun pada hari ini, ada begitu banyak logat dan bahasa yang berbeda-beda, secara rohani Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada umat manusia agar mereka dapat berkata-kata dalam bahasa roh dan kembali bersatu secara rohani. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan dan para rasul berbahasa roh. Melalui pencurahan Roh Kudus dan para rasul yang berbahasa roh, orang-orang saleh dari berbagai suku dan latar belakang dapat kembali bersatu hati memuji dan memberi kemuliaan bagi Tuhan. Selain itu, umat Tuhan dengan berbagai pemikiran dan kehendak pribadi—melalui pencurahan Roh Kudus ke atas diri mereka masing-masing—pada akhirnya dapat disatukan, berbahasa roh yang sama, bersatu hati menjadi satu tubuh dalam Tuhan.