SAUH BAGI JIWA
Di dalam mitologi Yunani, Kairos atau yang disebut juga Dewa Kesempatan digambarkan sebagai dewa yang berlari kencang, kakinya bersayap, badan dan kepalanya licin, dan hanya tersisa sedikit rambut di atas kepalanya bagaikan jambul. Orang yang bisa menangkap jambulnya berarti bisa menangkap kesempatan. Kairos juga mengacu pada waktu atau tempat yang tepat untuk mengatakan atau melakukan hal yang benar.
Sebagian besar orang umumnya menantikan datangnya kesempatan. Ada orang yang menyia-nyiakan kesempatan, namun orang yang bijak akan mengambil kesempatan. Orang yang cerdik bahkan bisa menciptakan kesempatan. Jadi, ada banyak kesempatan yang tersedia. Kita hanya perlu melihat dan menangkap kesempatan itu. Keadaan buruk pun dapat menjadi pintu kesempatan untuk berbuat baik.
Yusuf orang Arimatea adalah murid Yesus. Ia melihat kesempatan untuk melakukan sesuatu. Ketika Yesus telah mati di atas kayu salib, dia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Mengapa Yusuf Arimatea berbuat demikian? Tentu saja karena cintanya kepada Yesus sehingga ia memberanikan diri meminta kepada Pilatus. “Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu, dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia.” (Mat 27:59-60).
Banyak orang mungkin bersedih ketika Yesus telah mati di atas kayu salib. Tetapi Yusuf tidak larut di dalam kesedihannya. Sebaliknya, ia bisa melihat kesempatan untuk melakukan sesuatu bagi Yesus. Dia menangkap kesempatan terakhir untuk melayani Yesus dengan apa yang dapat dia berikan.
Apa yang dilakukan oleh Yusuf Arimatea ini sesungguhnya mengingatkan kita kepada Maria yang meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. “Maka kata Yesus; “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.” (Yoh 12:7). Maria dapat menangkap kesempatan untuk meminyaki kaki Yesus sebelum akhirnya Yesus secara fisik tidak lagi bersama-sama dengan mereka.
Waktu dan kesempatan adalah pemberian Tuhan. Apakah kita menyadari waktu dan kesempatan sesungguhnya ada batasnya? “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” (Gal 6:10). Tuhan menyertai kita.