SAUH BAGI JIWA
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46)
Bacaan: Matius 27:45-56
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46)
Bacaan: Matius 27:45-56
Eli, Eli, Lama Sabakhtani adalah salah satu ucapan Yesus di atas salib yang sulit dimengerti, bahkan kontroversial. Banyak orang yang memakai kalimat ini sebagai argumen untuk membuktikan bahwa Yesus Kristus itu bukanlah Tuhan. Mereka berkata: Bagaimana mungkin Tuhan mencari Tuhan dan bertanya mengapa Ia meninggalkan-Nya? Maka sebagian orang semakin meyakini bahwa Yesus itu bukanlah Allah. Ia hanya manusia biasa yang dikaruniai kuasa untuk melakukan mukjizat, mengajar dan lain-lain. Karena itu, Yesus memiliki julukan sebagai Tuhan, Rabi, Guru dan sebagainya.
Di dalam Alkitab bukan hanya kalimat di atas saja yang diucapkan Yesus dan membuat sebagian orang meragukan Dia. Di taman Getsemani, Yesus berkata, “Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: ‘Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’ Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’” (Mat 26:37-39).
Apakah ucapan-ucapan Yesus tersebut juga membuat kita ragu? Seharusnya kita sama sekali tidak perlu ragu karena banyak penjelasan tentang ke-Tuhan-an Yesus yang bisa kita pelajari di dalam Alkitab. Salah satunya adalah pernyataan Rasul Paulus yang tertulis di dalam surat Filipi 2:5-11. Yesus datang ke dunia dengan menanggalkan kesetaraan-Nya sebagai Allah, lalu mengosongkan dirinya dan mengambil rupa seorang hamba sehingga menjadi sama dengan manusia. Sangat jelas bahwa menjadi sama berarti tidak berbeda dengan keadaan manusia pada umumnya, Jadi Yesus pun bisa merasa sedih, takut, merasa ditinggalkan, sakit dan lain-lain.
Jadi jika memosisikan Yesus sebagai 100% manusia pada saat Ia berkata Eli, Eli Lama Sabakhtani, kita bisa memahami bahwa Yesus adalah sosok tidak berdosa yang harus mengambil posisi sebagai orang berdosa. Ia harus merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia yang berdosa (Flp 2:8-9;
Saudaraku, apapun kata orang, bagi kita, Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Dia pernah berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:30). Dia juga berkata “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6). Rasul Paulus juga menegaskan dalam Filipi 2:10-11 bahwa seluruh makhluk di seluruh alam semesta akan bertekuk lutut serta seluruh lidah akan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan. Kiranya kita menjadi bagian dari umat yang menyembah serta mengakui Yesus sebagai Tuhan.