SAUH BAGI JIWA
“Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati” (Matius 27:20)
Bacaan: Matius 27:15-25
“Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati” (Matius 27:20)
Bacaan: Matius 27:15-25
Ketidakadilan telah ada sejak zaman dahulu. Bahkan ketidakadilan terjadi di pengadilan yang seharusnya menghakimi orang secara adil. Inilah yang dialami oleh Yesus ketika dihadapkan kepada Pilatus. Orang-orang memilih untuk membebaskan Yesus Barabas daripada Yesus Kristus. Barabas, seorang yang terkenal dengan kejahatannya sehingga dimasukkan ke dalam penjara, malah dibebaskan. Sedangkan Yesus yang tidak melakukan kesalahan sama sekali, bahkan selalu berbuat baik dan menyembuhkan orang sakit, malah dijatuhi hukuman mati. Pilatus sendiri tidak menemukan kesalahan apapun pada diri Yesus. Jelas bahwa semua yang mereka lakukan semata-mata karena kedengkian terhadap Yesus.
Di sini kita melihat betapa mengerikan akibat yang ditimbulkan oleh kebencian. Di dalam Alkitab, kita juga melihat beberapa kejadian tragis yang disebabkan oleh kebencian. Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya karena ayah mereka lebih mengasihi Yusuf. Mereka lebih benci lagi kepada Yusuf setelah mendengar mimpinya. Inilah yang menyebabkan saudara-saudara Yusuf tega melemparkannya ke dalam sumur dan menjualnya. Daud sangat dibenci oleh Saul karena dia cemburu kepada Daud. Akibatnya, Saul berulang kali berusaha membunuh Daud. Baik Yusuf maupun Daud tidak melakukan kesalahan yang membuat mereka layak untuk dibenci. Mazmur 109:5 dengan tepat menggambarkan apa yang dialami Yesus, Yusuf, dan Daud: “Mereka membalas kejahatan kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku.”
Walaupun banyak ketidakadilan terjadi di dunia ini, sebagai anak-anak Tuhan, kita harus tetap bersikap adil dan benar. Setiap keputusan yang kita ambil harus didasarkan pada kebenaran dan bersifat obyektif. Jangan memandang bulu atau berdasarkan pada perasaan kita semata. Imamat 19:15 berkata, “Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran.”
Sebaliknya, jika kita menjadi korban ketidakadilan, janganlah marah atau benci kepada orang yang melakukannya. Kita memiliki Allah yang membela orang yang benar. “Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.” (Mzm 34:18) “Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.” (Mzm 5:12)
Kita harus meneladani Yesus, yang walaupun diperlakukan secara tidak adil, tetap dapat berdiam diri. Dia juga tidak membenci mereka, bahkan mendoakan agar dosa-dosa mereka itu dapat diampuni. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34a)
Setiap kali hendak melakukan sesuatu, ingatlah bahwa setiap perbuatan kita akan dihakimi. Apakah kita akan menerima upah atau hukuman, hal itu tergantung dari perbuatan kita. Jangan sampai membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar karena kedua-duanya adalah kekejian bagi Tuhan (Ams 17:15). Apa yang benar harus kita katakan benar, demikian pula sebaliknya. Jangan seperti imam-imam kepala dan tua-tua yang karena dengki menghukum orang yang tidak bersalah. Atau, seperti Pilatus yang tidak berani membela kebenaran demi keamanan dan keselamatan diri sendiri.