SAUH BAGI JIWA
“Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah”
(Matius 27:4a)
Bacaan: Matius 27:1-10
“Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah”
(Matius 27:4a)
Bacaan: Matius 27:1-10
Perkataan ini diucapkan Yudas Iskariot setelah melihat Yesus dijatuhi hukuman mati. Sebelumnya dia mungkin tidak menyangka perbuatannya akan berdampak begitu besar, yaitu kematian Yesus. Sekarang, dia merasa sangat menyesal setelah melihat apa yang terjadi kepada Yesus. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Dia menyesal, namun tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain mengembalikan uang yang telah diterimanya itu. Ketamakan Yudas atas uang telah menyebabkan dia berbuat dosa. Tanpa sadar, dia pun telah diperalat oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi.
Benarlah apa yang dikatakan Rasul Paulus, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1Tim 6:10). Inilah yang dialami oleh Yudas. Dia memandang segala sesuatu dari segi materi. Dia terlalu menilai tinggi uang. Hal ini dapat kita lihat dari komentarnya ketika melihat Maria menuangkan minyak narwastu murni yang mahal harganya kepada Yesus. Dia menganggap perbuatan ini sebagai suatu pemborosan. Padahal perbuatan Maria ini sangat mulia. Ini menunjukkan betapa Maria mengasihi dan menghargai Tuhan Yesus lebih daripada harta dunia ini.
Sebagai murid Yesus, tentu Yudas juga pernah mendengar pengajaran Yesus tentang ketamakan yang tercatat dalam Lukas 12:15, “Kata-Nya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’” Namun kecintaannya pada uang telah membuat mata hatinya gelap. Dia menjadi tidak peka terhadap ajaran Yesus dan tega mengkhianati Yesus yang telah memilihnya sebagai murid dan mengasihinya. Bahkan Yesus sangat memercayai dia sehingga memberikan kepadanya posisi sebagai bendahara. Mengingat semuanya itu, Yudas sangat menyesal sehingga menggantung dirinya sendiri. Sungguh akhir yang tragis! Seandainya dia tidak tamak, tentu masa depannya akan berbeda.
Apa yang terjadi pada Yudas seharusnya menjadi peringatan bagi kita. Janganlah kita tamak pada uang dan segala sesuatu yang fana di dunia ini. Ibrani 13:5 berkata, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’” Berimanlah bahwa Tuhan pasti akan mencukupkan kebutuhan kita. Dia pasti akan memelihara dan memberikan yang terbaik sesuai kebutuhan kita. Lagipula, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat 16:26).
Memang, kita memerlukan uang untuk hidup. Tidak salah jika kita giat bekerja untuk mencari dan mengumpulkan uang. Namun janganlah meletakkan hati kita kepadanya. Ada orang yang menjadi gila karena kehilangan uang atau hartanya. Ini menunjukkan bahwa dia meletakkan hatinya pada uang atau harta. Janganlah menganggap uang segalanya sehingga kita diperhamba olehnya. Uang harus kita gunakan sesuai porsinya. Hal yang terpenting, kita harus memiliki rasa cukup. Jangan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang lebih banyak.
Kiranya ini dapat menjadi bahan perenungan bagi kita.