SAUH BAGI JIWA
“Ia berkata: ‘Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?’ Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya”
(Matius 26:15)
Bacaan: Matius 26:14-25
“Ia berkata: ‘Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?’ Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya”
(Matius 26:15)
Bacaan: Matius 26:14-25
Seringkali kita mendengar slogan “uang bukan segalanya”, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kita memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti makan, minum, dan pakaian. Tidak hanya itu, uang juga dapat digunakan untuk menyenangkan diri kita sendiri dengan melakukan kegiatan kesenangan kita, seperti bertamasya atau makan di hotel berbintang lima. Oleh karena itu, tidak heran jika ada orang yang terikat dengan uang dan berusaha mendapatkannya dengan cara apa pun.
Yudas Iskariot merupakan salah satu contoh tokoh di Alkitab yang sudah terikat dengan uang sampai rela menyerahkan Yesus demi mendapatkan tiga puluh uang perak dari imam-imam kepala. Jika melihat ke belakang, Yudas Iskariot merupakan salah satu dari dua belas rasul yang menjadi murid Yesus yang pertama. Ia sudah menyaksikan banyak sekali mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus, mulai dari mengubah air menjadi anggur, memberi makan lima ribu orang laki-laki dari lima roti dan dua ikan, menyembuhkan banyak orang dari sakit penyakit yang mereka derita, bahkan ia sendiri juga menyaksikan bagaimana Yesus membangkitkan orang yang sudah meninggal. Tidak hanya itu, ia juga sudah mendengarkan begitu banyak pengajaran dari Tuhan Yesus. Namun, itu semua tetap tidak mengubah prioritas dalam hidupnya yang masih memprioritaskan uang di atas Tuhan. Hingga akhirnya ia menjual Yesus demi mendapatkan tiga puluh uang perak dari imam-imam kepala.
Sebagai pengikut Tuhan, kita harus menjadikan Tuhan sebagai prioritas utama di dalam hidup kita. Uang memang merupakan hal yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan kita juga harus bekerja untuk mendapatkan uang. Namun, uang bukanlah prioritas utama dalam hidup kita dan tidak seharusnya kita ‘menjual’ Tuhan demi uang, seperti tidak menguduskan hari Sabat demi mendapatkan uang. Bekerja untuk mendapatkan uang memang sudah keharusan karena firman Tuhan pun mengatakan orang tidak makan jika tidak mau bekerja. Namun perlu diingat bahwa tanpa penyertaan Tuhan, kita tidak mungkin memiliki kemampuan untuk bekerja dan kesehatan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Jadi, sudah sepatutnya kita lebih menomorsatukan Tuhan dalam hidup kita, bukannya uang.